Berikut
ini, kami ketengahkan sebuah karya tulis perihal beberapa kesalahan
yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin berkaitan dengan Lailatul
Qadar. Makalah yang ditulis oleh Syaikh Masyhur bin Hasan, kami
terjemahkan dari Al-Ashalah, Edisi 3/15 Sya’ban 1413 H halaman 76-78.
Semoga bermanfaat dan sebagai peringatan bagi kami serta segenap kaum
muslimin.
Kesalahan-kesalahan
dan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa kaum muslimin
dalam masalah puasa dan shalat tarawih sangat banyak; baik dalam
masalah keyakinan, hukum atau perbuatan. Sebagian mengira, bahkan
meyakini beberapa masalah yang bukan dari Islam, sebagai rukun Islam.
Mereka mengambil sesuatu yang rendah (dalam urusan puasa dan lainnya),
sebagai pengganti yang lebih baik, karena mengikuti orang-orang Yahudi.
Padahal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang menyerupai
mereka. Bahkan beliau menekankan serta menegaskan, agar (kaum Muslimin)
menyelisihi mereka.
Diantara kesalahan ini, ada yang khusus berkaitan dengan lailatul qadar. Kesalahan ini kami bagi menjadi dua bagian.
Pertama : Salah Dalam Berpandangan Dan Berkeyakinan.
Diantaranya:
1. Keyakinan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu memiliki beberapa tanda yang dapat diraih oleh sebagian orang. Lalu orang-orang ini merangkai cerita-cerita khurafat dan khayal. Mereka mengaku melihat cahaya dari langit, atau mereka dibukakan pintu langit dan lain sebagainya.
Semoga
Allah merahmati Ibnu Hajar, ketika beliau rahimahullah menyebutkan
dalam Fathul Bari 4/266, bahwa hikmah disembunyikannya lailatul qadar,
ialah agar timbul kesungguh-sungguhan dalam mencarinya. Berbeda jika
malam qadar tersebut ditentukan, maka kesungguhansungguhan hanya
sebatas pada malam tertentu itu.
Kemudian
Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ath-Thabari rahimahullah, bahwa beliau
rahimahullah memilih pendapat (yang menyatakan, pent.), semua tanda
itu tidaklah harus terjadi. Dan diraihnya lailatul qadar itu tidak
disyaratkan harus dengan melihat atau mendengar sesuatu.
Ath
Thabari lalu mengatakan,”Dalam hal dirahasiakannya lailatul qadar,
terdapat bukti kebohongan orang yang beranggapan, bahwa pada malam itu
akan ada hal-hal yang dapat terlihat mata, apa yang tidak dapat
terlihat pada seluruh malam yang lain. Jika pernyataan itu benar, tentu
lailatul qadar itu akan tampak bagi setiap orang yang menghidupkan
malam-malam selama setahun, utamanya malam-malam Ramadhan.”
2.
Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat
(sudah tidak ada lagi, pent). Al Mutawalli, seorang tokoh madzhab
Syafi’i dalam kitab At Tatimmah telah menceritakan, bahwa pernyataan
itu berasal dari kaum Rafidhah (Syi’ah). Sementara Al Fakihani dalam
Syarhul Umdah telah menceritakan, bahwasanya berasal dari madzhab
Hanafiyah.
Demikian
ini merupakan gambaran rusak dan kesalahan buruk, yang dilandasi oleh
pemahaman keliru terhadap sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ketika ada dua orang yang saling mengutuk pada lailatul qadar,
أِنَّّها رُفِعتْ
“Sesungguhnya lailatul qadar itu sudah terangkat”
Pendalilan (kesimpulan) ini terbantah dari dua segi.
a.
Para ulama mengatakan, yang dimaksud dengan kata “terangkat”, yaitu
terangkat dari hatiku, sehingga aku lupa waktu pastinya; karena sibuk
dengan dua orang yang bertengkar ini.
Dikatakan
juga (maksud kata terangkat, pent.), yaitu terangkat barakahnya pada
tahun itu. Dan maksudnya, bukanlah lailatul qadar itu diangkat sama
sekali. Hal itu ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan Imam Abdur
Razaq rahimahullah dalam Mushannaf-nya 4/252, dari Abdullah bin Yahnus,
dia berkata,”Aku berkata kepada Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu,‘Mereka menyangka, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat’,” Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Orang yang mengatakan hal itu
telah berbuat bohong.”
b. Keumuman hadits yang mengandung dorongan untuk menghidupkan malam qadar dan penjelasan tentang keutamaannya.
Seperti hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari rahimahullah dan lainnya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَة القَدرِ أِعيمَا نًا واحتسَابًا غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّّّمَ مِنْ ذَنْبهِ
“Barangsiapa
yang shalat pada lailatul qadar karena iman dan karena mengharapkan
pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat”.
Imam
Nawawi rahimahullah mengatakan,”Ketahuilah, bahwa lailatul qadar itu
ada. Dan lailalatul qadar itu terlihat. Dapat dibuktikan oleh siapapun
yang dikehendaki dari keturunan Adam, (pada) setiap tahun di bulan
Ramadhan, sebagaimana telah jelas melalui hadits-hadits ini, dan
melalui beritaberita dari orang shalih tentang lailatul qadar.
Penglihatan orang-orang shalih tersebut tentang lailatul qadar tidak
bisa dihitung.”
Saya
(Syaikh Masyhur) mengatakan: Ya, kemungkinan diketahuinya lailatul
qadar itu ada. Banyak tanda-tanda yang telah diberitahukan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa lailatul qadar itu, adalah satu
malam diantara malam-malam Ramadhan. Dan mungkin, demikian ini maksud
perkataan Aisyah radhiyallahu a’nha pada hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi, dan beliau menshahihkannya,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّّهِ أَرَأَيْت أِنْ عَلِمْتُ أَيَّّ لَيْلةُ الْقَدْر مَا أَقُو لُ فِيهَا
“Aku
Katakan,”Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui (adanya) malam itu
(sebagai) lailatul qadar, apa yang kuucapkan pada malam itu?”
Dalam
hadits ini -sebagaimana dikatakan Imam Syaukani rahimahullah dalam
Nailul Authar 3/303 terdapat bukti, kemungkinan lailatul qadar dapat
diketahui dan (juga bukti, pent.) tentang tetap adanya malam itu.”
Az
Zurqani rahimahullah mengatakan dalam syarah Muwaththa’ 2/491,
“Barangsiapa yang menyangka, bahwa makna –yang terdapat pada hadits di
atas, (yaitu) lailatul qadar sudah diangkat- yakni sudah tidak ada lagi,
maka dia keliru. Kalau seandainya benar seperti itu, tentulah kaum
muslimin tidak diperintahkan untuk mencarinya. Hal ini dikuatkan oleh
kelanjutan hadits,
عَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكمْ
“Semoga (dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, pent.) [1] menjadi lebih baik bagi kalian”.
Karena
dirahasiakannya waktu lailatul qadar itu, menyebabkan orang tertuntut
untuk melaksanakan qiyamul lail selama satu bulan penuh. Hal ini
berbeda jika pengetahuan tentang waktunya dapat diketahui secara
jelas”.
Kesimpulannya,
lailatul qadar tetap ada sampai hari kiamat. Sekalipun penentuan
tepatnya kejadian tersebut dirahasiakan, dalam arti, tetap tidak dapat
menghilangkan kesamaran dan ketidakjelasan tentang waktunya.
Meskipun
pendapat yang rajih (terkuat), bahwa lailatul qadar ada pada sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan dan dalil-dalil menguatkan, bahwasanya
dia adalah malam duapuluh tujuh, akan tetapi memastikannya dengan cara
yang yakin merupakan perkara sulit. Allahu a’lam.
Alhamdulilallah,
BalasHapusakhirnya ada juga blog yang memberikan pandangan berbeda tentang MTA.
Semoga Ustadz BAmbang diberi Kemudahan untuk memberikan pencerahan...
Malam turunnya ALQURAN ya cuma sekali seumur dunia dan alquran sudah tidak diturunkan lagi kepada Nabi Muhamamd krn sudah wafat sejak 632 M... Kemudian tanggal turun alquran akan terus berulang jika dunia masih ada. Umpama tgl 17 agustus 1945 itu ya cuma sekali terjadi.. berikut2nya ya "semacam berulang tanggal" aja... namun ini bukan hal penting, ini khilaf semata. Dan 10 malam terakhir bulan ramadhan kita memang disunahkan untuk melakukan i'tikaf..... Masalah malam lailatul qodr itu hanya ALLAH YANG TAHU. Intinya pemahaman kami adalah TGL TURUNNYA ALQURAN (SURAT PERTAMA-AL ALAQ) yang cuma sekali seumur hidup dunia
BalasHapusApakah turunnya Al-quran sama dengan lailatul qadr?
Hapusmohon dijelaskan inti dari pemahaman bahwa lailatul qodar hanya turun sekali. berdasar tafsir siapa, atau hanya berdasar yang telah diterangkan ustadz-ustadz MTA, disinilah kita mengetahui apakah pemahaman kita itu masuk dalam perbedaan pendapat yang dibolehkan ataukah sebenarnya kita sedang menyelisihi Rasulullah. wallahu a’lam.
Hapusnah pertanyaan bagus, apakah malam turunnya l Qur`an sama dengan malam Al Qodar.....siaapa bisa jawab..
BalasHapusbetul malam turunya Al Quran adalah Lailatul qadar.
HapusAllah Tabaaraka wa Ta’ala berfirman:
حم وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Haa Miim. Demi Kitab (al-Qur-an) yang men-jelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi...” [Ad-Dukhaan: 1-3]
Dan Dia berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada malam kemuliaan.” [Al-Qadr: 1]
Disebutkan bahwa maksud dari ayat tersebut adalah turunnya al-Qur-an secara sekaligus (dari Lauh Mahfuzh ke langit pertama (Baitul ‘Izzah-pent) pada lailatul Qadr, selanjutnya diturunkan secara bertahap kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan pendapat lain mengatakan, bahwa maksud ayat di atas adalah permulaan turunnya al-Qur-an terjadi pada lailatul Qadr. [5] Wallaahu a’lam.
http://almanhaj.or.id/content/3317/slash/0/lailatul-qadar-malam-seribu-bulan/
Lailatul Qadar akan selalu ada sampai hari kiamat..
Hapusriwayat Imam Ahmad di dalam Musnad-nya [33], dari Abu Dzar yang berkata:
يَا رَسُوْلَ الله, أخْبِرْنِي عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ, أفِي رَمَضَانَ هِيَ أَوْ فِيْ غَيْرِهِ؟ قَالَ: بَلْ هِيَ فِي رَمَضَانَ, قُلْتُ: تَكُوْنُ مَعَ الأنْبِياَءِ ماَكَانُوْا, فَإذَا قُبِضُوْا رُفِعَتْ؟ أمْ هِيَ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قاَلَ: بَلْ هِيَ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ …
"Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang Lailatul Qadr, apakah malam itu pada bulan Ramadhan ataukah pada selainnya?” Beliau berkata: “Pada bulan Ramadhan”. (Abu Dzar) berkata,”(Berarti sudah ada) bersama para nabi terdahulu? Lalu apakah setelah mereka wafat (malam Lailatul Qadr tersebut) diangkat? Ataukah malam tersebut akan tetap ada sampai hari Kiamat?” Nabi menjawab: “Akan tetap ada sampai hari kiamat…"
Kemudian Ibnu Katsir berkata: "Pada hadits ini spun ada isyarat seperti yang telah kami sebutkan (pada hadits pertama), bahwa Lailatul Qadr akan tetap terus berlangsung sampai hari Kiamat pada setiap tahunnya. Tidak seperti apa yang dikatakan oleh sebagian kaum Syi’ah bahwa Lailatul Qadr sudah diangkat (tidak akan terjadi lagi), disebabkan (mereka salah) memahami hadits yang akan kami bawakan sebentar lagi [34]. Karena, maksud (hadits) yang sesungguhnya ialah, diangkatnya pengetahuan saat terjadinya malam Lailatul Qadr [35]. Juga ada isyarat, bahwa Lailatul Qadr khusus terjadi pada bulan Ramadhan saja dan tidak terjadi pada bulan-bulan lainnya." [36]
Perintah Mencari Lailatul Qadar.
Hapusمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa melaksanakan shalat pada Lailatul Qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni (HR al-Bukhir, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa’i dan Ahmad).
إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ أَوْ تَاسِعَةٍ وَعِشْرِينَ إنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ فِى الأَرْضِ أَكْثَرُ مِن عَدَدِ الْحَصَى
Sesungguhnya laylah al-qadr itu adalah malam kedua puluh tujuh atau kedua puluh sembilan. Sesungguhnya para malaikat pada malam itu di bumi lebih banyak daripada jumlah kerikil (HR Ahmad dari Abu Hurairah).
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah Lailatul Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR al-Bukhari).
Aisyah ra. berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika saya mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang aku katakan?” Beliau bersabda:
Hapusتَقُولِينَ : اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ ، فَاعْفُ عَنِّي
Kamu berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampum, mencintai ampunan. Karena itu, ampunilah aku.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
"Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kamu didalamnya mengandung malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Siapa yang memuliakannya maka beliau akan dimuliakan kebaikan semua perkara. Dan siapa yang tidak memuliakannya maka kebaikannya akan dihalang". (Riwayat Ibnu Majah dari Hadis Anas, isnad Hassan sebagaimana didalam Sahih Jaami' Al-Saghir).
hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) "Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا, وَهِيَ لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun dingin" [3].
Demikian pula hadits Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu" [4]
Lailatul Qadar sudah ada dari Nabi terdahulu dan akan ada sampai hari kiamat:
Hapus"Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang Lailatul Qadr, apakah malam itu pada bulan Ramadhan ataukah pada selainnya?” Beliau berkata: “Pada bulan Ramadhan”. (Abu Dzar) berkata,”(Berarti sudah ada) bersama para nabi terdahulu? Lalu apakah setelah mereka wafat (malam Lailatul Qadr tersebut) diangkat? Ataukah malam tersebut akan tetap ada sampai hari Kiamat?” Nabi menjawab: “Akan tetap ada sampai hari kiamat…" riwayat Imam Ahmad di dalam Musnad-nya [33], dari Abu Dzar.
Dari bolg di atas:
BalasHapus2. Perkataan sebagian orang, bahwa lailatul qadar itu sudah diangkat (sudah tidak ada lagi, pent). Al Mutawalli, seorang tokoh madzhab Syafi’i dalam kitab At Tatimmah telah menceritakan, bahwa pernyataan itu berasal dari kaum Rafidhah (Syi’ah). Sementara Al Fakihani dalam Syarhul Umdah telah menceritakan, "bahwasanya berasal dari madzhab Hanafiyah".
Aku pun berfaham bahwa Lailatul Qodr masih ada sepanjang jaman. Tetapi, jika madzab Hanafi berpendapat beda "kupikir imam kelas dunia tersebut jg tidak gegabah dalam memberikan fatwanya". Maka, apa yg kita yakini tidak perlu dipakai menghujat saudara muslim yg tdk sefaham kita (aku tdk mengatakan antum menghujat).
Memang jk bicara fiqih, secara umum umat islam tidak lepas dari 4 imam besar kelas dunia.
Kebenaran hanya milik Allah.
Imam Madzhab tidaklah maksum.. kewajiban kita mengikuti dalil Quran Sunnah yg shohih dgn pemahaman sahabat..
Hapuscontoh:
Imam Abu Hanifah membolehkan nikah tanpa wali. apakah kita akan taklid kepada Beliau setelah tahu Nikah harus dengan wali berdasarkan hadist yg shohih.
setiap Ulama mempunyai Udzur.
Terimakasih penjelasan mengenai lailatul qadar ini.
BalasHapusAdakah hadist yang mengatakan lailatul qodar turun tiap bln ramadhan,.klo ada minta hadistnya secara utuh beserta perawinya.
BalasHapusImam Ahmad di dalam Musnad-nya, dari Abu Dzar yang berkata:
Hapusيَا رَسُوْلَ الله, أخْبِرْنِي عَنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ, أفِي رَمَضَانَ هِيَ أَوْ فِيْ غَيْرِهِ؟ قَالَ: بَلْ هِيَ فِي رَمَضَانَ, قُلْتُ: تَكُوْنُ مَعَ الأنْبِياَءِ ماَكَانُوْا, فَإذَا قُبِضُوْا رُفِعَتْ؟ أمْ هِيَ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قاَلَ: بَلْ هِيَ إلىَ يَوْمِ الْقِيَامَةِ …
"Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang Lailatul Qadr, apakah malam itu pada bulan Ramadhan ataukah pada selainnya?” Beliau berkata: “Pada bulan Ramadhan”. (Abu Dzar) berkata,”(Berarti sudah ada) bersama para nabi terdahulu? Lalu apakah setelah mereka wafat (malam Lailatul Qadr tersebut) diangkat? Ataukah malam tersebut akan tetap ada sampai hari Kiamat?” Nabi menjawab: “Akan tetap ada sampai hari kiamat…" [Musnad Imam Ahmad (5/171). Juga terdapat dalam Shahih Ibnu Hibban (8/438 no.3683), Shahih Ibnu Khuzaimah (3/320-321 no.2169-2170), Al Mustadrak (1/603 no.1596), Sunan Al Baihaqi (4/307 no.8308), Musnad Al Bazzar (9/456 no.4067-4068) dan yang lain-lainnya]
Kemudian Ibnu Katsir berkata: "Pada hadits ini pun ada isyarat seperti yang telah kami sebutkan (pada hadits pertama), bahwa Lailatul Qadr akan tetap terus berlangsung sampai hari Kiamat pada setiap tahunnya. Tidak seperti apa yang dikatakan oleh sebagian kaum Syi’ah bahwa Lailatul Qadr sudah diangkat (tidak akan terjadi lagi).
Baca lengkapnya http://mantan-siswamta.blogspot.co.id/2015/07/apakah-lailatul-qadr-merupakan-salah.html