Halaman

Jumat, 10 Agustus 2012

DARI MANA MEMULAI MASBUK ?

Bismillah,
Kesalahan yang paling sering di lakukan oleh seorang makmum yang masbuk adalah, ketika ia mendapati imam sedang dalam keadaan bukan sedang berdiri, maka si makmum masbuk ini menunggu sampai Imam berdiri lagi (untuk menyambung rakaatnya).
Maka ini adalah sebuah kesalahan yang menyelisihi tuntunan syari'at.

Seharusnya makmum masbuk mengikuti keadaan Imam dalam keadaan sedang apapun, apakah itu sedang ruku', i'tidal, sujud, duduk anatara dua sujud, atau duduk tasyahud.

DALILNYA :

Dari Abdul Aziz bin Rofi’ dari seorang laki-laki (yakni, Abdullah bin Mughoffal Al-Muzaniy) -radhiyallahu ‘anhu- berkata, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِذَا وَجَدْتُمُوْهُ قَائِمًا أَوْ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا أَوْ جَالِسًا, فَافْعَلُوْا كَمَا تَجِدُوْنَهُ, وَلاَ تَعْتَدُّوْا بِالسَّجْدَةِ إِذَا لَمْ تُدْرِكُوْا الرَّكْعَةَ
 "Jika kalian mendapati imam dalam keadaan berdiri atau ruku’, atau sujud, atau duduk, maka lakukanlah sebagaimana engkau mendapatinya. Janganlah engkau memperhitungkan sujudnya, jika engkau tak mendapati ruku’nya". [HR. Abdur Rozzaq dalam Al-Mushonnaf (2/281/no.3373), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (2/296/no. 3434), dan Al-Marwaziy dalam Masa'il Ahmad wa Ishaq (1/127/1) sebagaimana dalam Ash-Shohihah (1188)]

Faedah : Kata ( الرَّكْعَةَ ) bisa bermakna raka’at, dan bisa juga bermakna ruku’. Namun dalam riwayat hadits Abdullah bin Mughoffal ini, yang dimaksud adalah ruku’. Hal itu dikuatkan oleh riwayat lain dari jalur Abdul Aziz bin Rofi’ di sisi Al-Baihaqiy dari Abdullah bin Mughoffal -radhiyallahu ‘anhu- :
 Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِذَا جِئْتُمْ وَاْلإِمَامُ رَاكِعٌ فَارْكَعُوْا, وَإِنْ كَانَ سَاجِدًا فَاسْجُدُوْا, وَلاَ تَعْتَدُّوْا بِالسُّجُوْدِ إِذَا لَمْ يَكُنْ مَعَهُ الرُّكُوْعُ
"Jika kalian datang, sedang imam ruku’, maka ruku’lah. Jika ia sujud, maka bersujudlah, dan jangan perhitungkan sujudnya, jika tak ada ruku’ yang bersamanya". [HR. Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro (2/89/no.2409)]

Seorang yang tak mendapatkan imamnya ruku’, maka ia tak mendapatkan 1 raka’at. Tapi jika ia dapati imamnya dalam posisi ruku, lalu ia ruku’ bersama imam, maka ia akan mendapatkan raka’at tersebut.

Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

عَنْ عَبْدِ اللهِ يَعْنِيْ ابْنَ مَسْعُوْدٍ قَالَ : مَنْ لَمْ يُدْرِكِ اْلإِمَامَ رَاكِعًا لَمْ يُدْرِكْ تِلْكَ الرَّكْعَةَ
 "Barangsiapa yang tak mendapatkan imam sedang ruku’, maka ia tidak mendapatkan raka’at tersebut". [HR. Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (2/90/no.2411)]

Abdullah bin Umar -radhiyallahu ‘anhu- berkata,

أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: مَنْ أَدْرَكَ اْلإِمَامَ رَاكِعًا فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَرْفَعَ اْلإِمَامَ رَأْسَهُ, فَقَدْ أَدْرَكَ تِلْكَ الرَّكْعَةَ
"Barangsiapa yang mendapati imam dalam keadaan ruku’, lalu ia ruku’ sebelum imam mengangkat kepalanya, maka sungguh ia telah mendapatkan raka’at tersebut". [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (2520), Al-Baihaqiy dalam Al-Kubro (2/90/no. 2413)]

Syaikh Al Fauzan di tanya :

السؤال : إذا جاء الرجل للصلاة ووجد الإمام راكعًا وركع معه ولم يقرأ الفاتحة فما صحة هذه الصلاة . لأني سمعت بأنه لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب ؟

الجواب : من جاء والإمام في الركوع فإنه يكبر تكبيرة الإحرام وهو واقف ، ثم يكبر للركوع ويركع مع الإمام ويكون مدركًا للركعة ولا تلزمه قراءة الفاتحة في هذه الحالة ، لأنها فات محلها وصلاته صحيحة ؛ لأن محل قراءة الفاتحة هو القيام وقد فات ، فإذا أدرك الإمام راكعًا وركع معه فإنه يكون مدركًا للركعة وصلاته صحيحة إن شاء الله ، والدليل على ذلك أن أبا بكرة رضي الله عنه جاء والنبي صلى الله عليه وسلم في الركوع فدخل معه في الركوع ، ولم يأمره النبي صلى الله عليه وسلم بقضاء تلك الركعة بل قال : زادك الله حرصًا ولا تعد لأنه كان لما أقبل إلى الصف أسرع وكبر قبل أن يصل إلى الصف ثم دخل في الصف ، فالنبي صلى الله عليه وسلم نهاه عن السرعة .
فإذا جاء والإمام راكع فليأت بطمأنينة وهدوء كما قال النبي صلى الله عليه وسلم : إذا سمعتم الإقامة فامشوا إلى الصلاة وعليكم بالسكينة والوقار ولا تسرعوا ، فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا وفي رواية واقض ما سبقك فالذي أنكره عليه إنما هو السرعة فقط ولم يأمره بإعادة الركعة التي أدركها معه ، فدل على أن من أدرك الإمام في الركوع وركع معه فإنه يكون مدركًا للركعة ، وهذا الذي سمعته من بعض الناس قول مرجوح لبعض العلماء والصحيح ما ذكرناه والله أعلم .

وأيضًا قوله : لا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب فهذا للإمام والمنفرد ، أما المأموم فينصت لقراءة إمامه إذا جهر لقوله تعالى : وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ فالمأموم يقرأ الفاتحة في سكتات إمامه ، أما إذا جهر الإمام فإنه يجب على المأمومين الإنصات والاستماع للقرآن ؛ لأن قراءة الإمام قراءة للجميع .

المصدر : الموقع الرسمي لفضيلة الشيخ الفوزان

Soal :
Apabila seseorang datang untuk sholat, dan ia mendapati imam sedag ruku’ lantas ia ruku bersama imam, dan tidak membaca fatihah, apakah shoalatnya sah. Karena saya mendengar bahwasanya tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca fatihah?

Jawab :
Siapa saja yang datang (untuk sholat) sementara imam dalam keadaan ruku’ maka ia harus bertakbiratul ihram dalam keadaan tegak berdiri, kemudian ia bertakbir untuk ruku’ dan ia ruku’ bersama imam. Maka ia telah mendapatkan satu rakaat dan tidak wajib baginya membaca fatihah dalam keadaan ini, karena ia telah kehilangan tempat/waktu untuk membaca fatihah, Dan shalatnya pun Sah. Karena tempat membaca fatihah adalah dalam keadaan berdiri, dan dalam keadaan seperti ini ia tidak mendapatinya. Maka bila ia mendapati imam ruku kemudian ia ruku bersama imam, maka sungguh ia telah mendapati satu rakaat dan shalatnya sah, Insya Allah. Dan dalilnya adalah, Bahwa Abu Bakrah radhiallohu ‘anhu datang untuk sholat sementara Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam sedang ruku, maka iapun ruku, dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam tidak menyuruhnya mengulangi rakaatnya itu, akan tetapi Beliau Shallallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

زادك الله حرصًا ولا تعد
 “Semoga Alloh menambahkan semangatmu dan janganlah engkau ulangi lagi.” [HR. Abu Daud dan lain-lain dalam Ash-shohihah Al-Albany]

Riwayat selengkapnya dari hadits tersebut adalah :
Dari hadits Abu Bakrah. bahwa Abu Bakrah datang, namun Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah ruku’. Lalu Abu Bakrah pun ruku’ sebelum mencapai shaf dan berjalan menuju shaf. Ketika beliau Rasul telah menyelesaikan shalatnya. beliau bertanya: “Siapa di antara kalian yang ruku’ sebelum mencapai shaf lalu berjalan menuju shaf?” Abu Bakrah menjawab: “Saya wahai Rasul.”, Beliau pun bersabda:

٢٣٠ – زَادَكَ اللهُ حِرْصًا وَلاَ تَعُدَّ
 “Semoga Allah menamhahkan semangat tinggi padamu. Dan jangan kamu ulangi.”

Karena ia (ruku) tidak didalam shaf karena terburu-buru dan bertakbir sebelum berada dalam shaf kemudian baru ia masuk kedalam shaf, maka nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam melarangnya dari tergesa-gesa.

Maka apabila datang seseorang sementara imam dalam keadaan ruku, hendaklah ia datang dengan tenang dan santai sebagaimana sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam,

إذا سمعتم الإقامة فامشوا إلى الصلاة وعليكم بالسكينة والوقار ولا تسرعوا ، فما أدركتم فصلوا وما فاتكم فأتموا وفي رواية واقض ما سبقك

“Apabila kalian mendengar Iqamah maka berjalanlah untuk sholat dengan tenang dan biasa/santai dan janganlah kalian tergesa-gesa, Maka apa yang kalian dapati, kerjakanlah dan apa yang tertinggal maka sempurnakanlah.” dalam riwayat lain “kerjakanlah apa yang tertinggal”

Maka inilah hadits larangan tergesa-gesa, dan ia tidak memerintahkan untuk mengulangi rakaat yang ia dapati bersama imam. Maka ini menunjukkan bahwa barangsiapa mendapati imam dalam keadaan ruku’ dan seseorang ruku beserta imam, maka sungguh ia mendapati satu rakaat. Dan yang kamu (tanyakan) dengar dari pendapat sebagian manusia itu adalah pendapat yang Marjuh (lemah) diantara sebagian ulama, dan yang shohih (kuat) adalah apa yang telah aku sebutkan.

Dan Sabdanya (Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam); “Tidak ada sholat bagi siapa yang tidak membaca fatihah”, maka ini adalah ditujukan bagi Imam dan Munfarid (orang yang sholat sendiri). Adapun bagi makmum maka hendaklah ia diam untuk mendengar bacaan imamnya apabila ia menjiharkan bacaannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Dan bila dibacakan AlQuran maka dengarkanlah dan diamlah, mudah-mudahan kalian termasuk orang-orang yang dirahmati.” Maka makmum hanya boleh membaca fatihah dalam saktah (tempat-tempat berhenti) imamnya. Adapun jika imam menjaharkan (menyaringkan bacaannya) maka wajib bagi seluruh makmum untuk diam dan mendengar bacaan alquran, karena bacaan imam adalah bacaan untuk seluruh makmum.
Wallahu A’lam.

Sumber : http://alatsar.wordpress.com/2008/04/10/fatwa-syeikh-sholat-orang-yang-tertinggal-masbuq/

6 komentar:

  1. Saya tidak mengerti kaitan artikel dengan MTA??

    apakah MTA punya pendapat beda?

    BalasHapus
  2. MTA berpendapat bahwa makmum masbuk tidaklah dihitung mendapatkan raka'at kecuali bila ia mendapatkan al fatihah secara utuh. Wallahu a'lam

    BalasHapus
  3. MTA Punya dalil yang kuat juga... Dan antum juga punya dalil yang kuat, mari kita laksanakan ibadah sesuai pemahaman kita..... Ga usah saling menyalahkan. Umpama MTA berpemahaman maghrib harus 4 rakaat, maka itu wajib di kritik habis2an.... KAn sholat kita sama.......

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan dituliskan dalil yang dipakai MTA dalam masalah masbuk, dengan demikian akan kita ketahui bersama apakah dalil tersebut kuat.

      Hapus
  4. Ulama siapa ya yg menjadi rujukan pendapat yg diambil MTA? menulis pada kitab apa dengan dalil yg digunakan?

    BalasHapus
  5. Nabi bersabda: Barangsiapa mendapatkan rak’atan (Kata rak’ah di sini, artinya ruku’ sesuai dengan kelanjutan hadits), maka dia mendapatkan shalat, sebelum imam menegakkan tulang punggungnya. [HR Abu Dawud no. 893. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/169]

    Zaid bin Wahb berkata,“Aku keluar bersama Abdullah –yakni: Ibnu Mas’ud- dari rumahnya menuju masjid. Ketika kami sampai di tengah masjid, imam ruku’. Lalu Abdullah bertakbir dan ruku’, dan aku ruku’ bersamanya. Kemudian dalam keadaan ruku’ kami berjalan sehingga sampai shaf, ketika orang-orang mengangkat kepala mereka. Setelah imam menyelesaikan shalatnya, aku berdiri, karena aku menganggap tidak mendapatkan raka’at. Namun Abdullah memegangi tanganku dan mendudukanku, kemudian berkata,“Sesungguhnya engkau telah mendapatkan (raka’at).” (Shahih, riwayat Ibnu Abi Syaibah, Abdurrazaq, Ath Thahawi, Ath Thabrani, dan Al Baihaqi. Dinukil dari Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 229 )

    BalasHapus