Menunutut ilmu merupakan kewajiban setiap muslim, tapi apakah boleh kita menghadiri majlis-majlis ahli bid'ah?
Dijawab oleh Ustadz Arif Syarifudin, Lc. (Pengasuh Islamic Center Bin Baz, Yogyakarta)
Pertanyaan 1:
Assalamu‘alaikum,
Ustadz, bolehkah kita menghadiri halaqah-halaqah yang tidak bermanhaj salaf?
Jazakallah khairan katsira.
Abu Luqman
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
Jika yang dimakasud adalah halaqah-halaqah ahli bid’ah, maka hal itu tidak diperbolehkan. Banyak perkataan Salaf yang melarang kita duduk bersama ahli bid’ah, di antaranya:
Al-Hasan (al-Bashri) berkata, “Janganlah kamu duduk bersama ahli bid’ah karena akan membuat hatimu terkena penyakit (yakni syubhat).”
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa yang duduk bersama ahli bid’ah, maka tidak akan selamat dari salah satu di antara tiga perkara: bisa jadi hal itu akan menjadi fitnah bagi orang lain, atau bisa jadi akan tertanam dalam hatinya sesuatu (yakni penyakit syubhat) lalu ia pun tergelincir (dari jalan yang lurus) sehingga Allah memasukkannya ke dalam neraka, atau bisa jadi ia akan mengatakan, ‘Demi Allah saya tidak perduli dengan apa yang mereka ucapkan, saya percaya pada diri saya sendiri.’ Barangsiapa yang merasa aman (atas makar Allah) terhadap agamanya dalam sekejap mata, niscaya akan Allah hilangkan agamanya itu (dari dirinya).’”
Katsir Abu Said mengatakan, “Barangsiapa duduk bersama ahli bid’ah, maka akan dicabut darinya ‘ishmah (penjagaan Allah terhadap dirinya) dan akan dibiarkan mengurus dirinya sendiri.”
Bahkan jika seseorang duduk bersama mereka kemudian menghormati dan memuliakan mereka (atas kebid’ahan yang mereka lakukan), maka dia telah dianggap ikut berperan menghancurkan agama ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi ahli bid’ah dalam rangka memuliakannya maka dia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”
Wallahu A’lam bish Shawab.
Pertanyaan 2:
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamain, sekarang lebih jelas bagi ana insya Allah Ta’ala dan membuat kaki ini bertambah mantap berdiri dan berjalan di manhaj yang haq ini yaitu manhaj para sahabat (salaful Ummah).
Afwan ustadz kalau boleh ana tahu riwayat siapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut: “Barangsiapa yang mendatangi ahli bid’ah dalam rangka memuliakannya maka dia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”
dan di mana ana bisa temukan hadist tersebut?
Jazakallah khairan katsira
Jawaban Ustadz Arif Syarifudin, Lc.:
Hadits yang ditanyakan dengan lafazh berikut,
Dibawakan oleh Ibnu Wadhdhah dalam kitabnya al-Bida’ wa an Nahyu ‘anha (I/126, hadits no. 115).
Asy-Syathibi menukil darinya (Ibnu Wadhdhah) dan lainnya dalam kitabnya al-I’tisham (I/100 – tahqiq Syaikh Slaim al-Hilaly) dari hadits ‘Aisyah –رضي الله عنها-.
Dan dengan lafazh lain yaitu,
Diriwayatkan oleh ath Thabarani dari hadits Abdullah bin Busr dan al-Baihaqi hadits Ibrahim bin Maysarah secara mursal. Al-Ajurri dalam kitab asy-Syari’ah (hadits no. 1968 dan 1969) meriwayatkannya dengan sanadnya dari dua jalur dari hadits ‘Aisyah – رضي الله عنها.
Ada juga dari hadits Mu’ad bin Jabal radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh,
Diriwayatkan pula oleh yang lainnya, baik dari hadits ‘Aisyah, Abdullah bin Busr dan Mu’adz bin Jabl radhiallahu ‘anhum.
Secara umum hadits di atas pada masing-masing sanadnya ada kelemahan. Tapi dari keseluruhan jalur-jalurnya yang banyak menjadikan hadits ini naik ke derajat hasan atau shahih.
[Lihat Takhrij al-Misykah oleh Syaikh al-Albani (I/66) dan ta'liq Syaikh Salim al-Hilaly atas kitab al-I'tisham karya asy-Syathibi (I/100)].
Wallahu A’lam.
Dijawab oleh Ustadz Arif Syarifudin, Lc. (Pengasuh Islamic Center Bin Baz, Yogyakarta)
Pertanyaan 1:
Assalamu‘alaikum,
Ustadz, bolehkah kita menghadiri halaqah-halaqah yang tidak bermanhaj salaf?
Jazakallah khairan katsira.
Abu Luqman
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullah.
Jika yang dimakasud adalah halaqah-halaqah ahli bid’ah, maka hal itu tidak diperbolehkan. Banyak perkataan Salaf yang melarang kita duduk bersama ahli bid’ah, di antaranya:
Al-Hasan (al-Bashri) berkata, “Janganlah kamu duduk bersama ahli bid’ah karena akan membuat hatimu terkena penyakit (yakni syubhat).”
Sufyan ats-Tsauri berkata, “Barangsiapa yang duduk bersama ahli bid’ah, maka tidak akan selamat dari salah satu di antara tiga perkara: bisa jadi hal itu akan menjadi fitnah bagi orang lain, atau bisa jadi akan tertanam dalam hatinya sesuatu (yakni penyakit syubhat) lalu ia pun tergelincir (dari jalan yang lurus) sehingga Allah memasukkannya ke dalam neraka, atau bisa jadi ia akan mengatakan, ‘Demi Allah saya tidak perduli dengan apa yang mereka ucapkan, saya percaya pada diri saya sendiri.’ Barangsiapa yang merasa aman (atas makar Allah) terhadap agamanya dalam sekejap mata, niscaya akan Allah hilangkan agamanya itu (dari dirinya).’”
Katsir Abu Said mengatakan, “Barangsiapa duduk bersama ahli bid’ah, maka akan dicabut darinya ‘ishmah (penjagaan Allah terhadap dirinya) dan akan dibiarkan mengurus dirinya sendiri.”
Bahkan jika seseorang duduk bersama mereka kemudian menghormati dan memuliakan mereka (atas kebid’ahan yang mereka lakukan), maka dia telah dianggap ikut berperan menghancurkan agama ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mendatangi ahli bid’ah dalam rangka memuliakannya maka dia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”
Wallahu A’lam bish Shawab.
Pertanyaan 2:
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamain, sekarang lebih jelas bagi ana insya Allah Ta’ala dan membuat kaki ini bertambah mantap berdiri dan berjalan di manhaj yang haq ini yaitu manhaj para sahabat (salaful Ummah).
Afwan ustadz kalau boleh ana tahu riwayat siapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut: “Barangsiapa yang mendatangi ahli bid’ah dalam rangka memuliakannya maka dia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”
dan di mana ana bisa temukan hadist tersebut?
Jazakallah khairan katsira
Jawaban Ustadz Arif Syarifudin, Lc.:
Hadits yang ditanyakan dengan lafazh berikut,
مَنْ أَتَى صَاحِبَ بِدْعَةٍ لِيُوَقِّرَهُ فَقَدْ أَعَانَ عَلَى هَدْمِ اْلإِسْلاَمِ
“Barangsiapa mendatangi ahli bid’ah dalam rangka memuliakannya, maka ia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”Dibawakan oleh Ibnu Wadhdhah dalam kitabnya al-Bida’ wa an Nahyu ‘anha (I/126, hadits no. 115).
Asy-Syathibi menukil darinya (Ibnu Wadhdhah) dan lainnya dalam kitabnya al-I’tisham (I/100 – tahqiq Syaikh Slaim al-Hilaly) dari hadits ‘Aisyah –رضي الله عنها-.
Dan dengan lafazh lain yaitu,
مَنْ وَقَّرَ صَاحِبَ بِدْعَةٍ فَقَدْ أَعَانَ عَلَى هَدْمِ اْلإِسْلاَمِ
“Barangsiapa memuliakan ahli bid’ah, maka dia telah ikut membantu menghancurkan Islam.”Diriwayatkan oleh ath Thabarani dari hadits Abdullah bin Busr dan al-Baihaqi hadits Ibrahim bin Maysarah secara mursal. Al-Ajurri dalam kitab asy-Syari’ah (hadits no. 1968 dan 1969) meriwayatkannya dengan sanadnya dari dua jalur dari hadits ‘Aisyah – رضي الله عنها.
Ada juga dari hadits Mu’ad bin Jabal radhiallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan lafazh,
(( مَنْ مَشَى إِلَى صَاحِبِ بِدْعَةٍ ….. ))
Diriwayatkan oleh ath-Thabarani.Diriwayatkan pula oleh yang lainnya, baik dari hadits ‘Aisyah, Abdullah bin Busr dan Mu’adz bin Jabl radhiallahu ‘anhum.
Secara umum hadits di atas pada masing-masing sanadnya ada kelemahan. Tapi dari keseluruhan jalur-jalurnya yang banyak menjadikan hadits ini naik ke derajat hasan atau shahih.
[Lihat Takhrij al-Misykah oleh Syaikh al-Albani (I/66) dan ta'liq Syaikh Salim al-Hilaly atas kitab al-I'tisham karya asy-Syathibi (I/100)].
Wallahu A’lam.
Apakah dalam pembagian bid'ah itu ada bid'ah baik/hasanah dan bid'ah buruk/dholalah? ataukah semua bid'ah (tidak ada bid'ah yg baik) itu sesat?
BalasHapusYang jelas pembagian bid’ah menjadi hasanah dan sayyi’ah kurang tepat karena akan menimbulkan kerancuan. Kok bisa ada bid’ah yang baik, padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri mengatakan,
Hapusوَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Setiap bid’ah adalah sesat” (HR. Muslim no. 867). Hadits semisal ini dalam bahasa Arab dikenal dengan lafazh umum, artinya mencakup semua bid’ah, yaitu amalan yang tanpa tuntunan atau tanpa dasar.
Imam Asy Syatibhi Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Para ulama memaknai hadits di atas sesuai dengan keumumannya, tidak boleh dibuat pengecualian sama sekali. Oleh karena itu, tidak ada dalam hadits tersebut yang menunjukkan ada bid’ah yang baik.” (Dinukil dari Ilmu Ushul Bida’, hal. 91, Darul Ar Royah)
Inilah pula yang dipahami oleh para sahabat generasi terbaik umat ini. Mereka menganggap bahwa setiap bid’ah itu sesat walaupun sebagian orang menganggapnya baik. Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً
“Setiap bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Diriwayatkan oleh Muhammad bin Nashr dalam kitab As Sunnah dengan sanad shahih dari Ibnu ‘Umar. Lihat Ahkamul Janaiz, Syaikh Al Albani, hal. 258, beliau mengatakan hadits ini mauquf, shahih)
Baca lengkapnya di http://rumaysho.com/belajar-islam/jalan-kebenaran/3767-beda-bidah-hasanah-dan-bidah-sayyiah.html
Assalamu'alaikum Wr Wb Ustadz mohon penjelasan bagaimana ciri ciri pengajian ? kajian yang bermanhaj salaf? Saya kesulitan mencarinya karena hampir semua mengaku ahli sunnah wal jama'ah dan bermanhaj salaf.
BalasHapusMaaf mohon tanya kajian yang dilakukan MTA di ahad pagi dan di majelis ( Cabang atau perwakilan) itu termasuk halaqah ahli bid'ah atau bukan?
BalasHapusKajian ddi MTA itu Termasuk halaqoh bid'ah atau bukan? Ciri kajian bermanhaj salaf itu bagaimana
BalasHapusPenyimpangan MTA adalah bukti nyata siapa mereka.
BalasHapusJangan mudah tertipu hanya slogannya saja qur'an sunnah jika pada kenyataanya pemahaman mereka menyimpang dari keduannya. Bacar 37 penyimpangan mereka, dan ini masih lebih banyak lagi tetapi 37 itu sudah mewakili utk menunjukkan siapa mereka. Allahulmusta'an