Musa bin Uqbah ash-Shuri datang ke Baghdad. Hal ini disampaikan kepada al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Kata beliau, “Perhatikan, kepada siapa dia singgah dan kepada siapa dia berlindung.” (al-Ibanah, 2/479-480 no. 511)
Al-Imam al-Auza’i rahimahullah mengatakan, “Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kita, tidak akan tersembunyi dari kita pertemanannya.” (al-Ibanah, 2/476, no. 498)
Yahhya bin Sa’id al-Qaththan menceritakan, tatkala Sufyan ats Tsauri rahimahullah mengunjungi Bashrah, beliau memerhatikan keadaan ar-Rabi’ bin Shubaih dan kedudukannya di mata manusia. Beliau pun bertanya, “Apa mazhabnya?”
Mereka menjawab, “Mazhabnya tidak lain adalah as-Sunnah.”
Beliau rahimahullah bertanya lebih lanjut, “Siapa teman dekatnya?”
Mereka menjawab, “Para pengingkar takdir.”
“Jika demikian, dia adalah pengingkar takdir juga,” tukas beliau rahimahullah. (al-Ibanah, 2/453 no. 421)
[Dinukil dari Lammud Durril Mantsur, Jamal bin Furaihan al-Haritsi, hlm. 53-55]
Sepertinya juga jadi jawaban bila pemahaman aqidah kita telah benar tapi bila masih bermajelis dengan majelis pengingkar takdir dengan niat memperbaiki dari dalam adalah tidak dicontohkan oleh ulama salaf
BalasHapus