Ahlus Sunnah mengimani adanya ash-shiraath (اَلصِّرَاطُ). Ash-shiraath secara bahasa (etimologi) berarti jalan, sedangkan menurut syar’i (terminologi) adalah jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam yang akan dilewati ummat manusia menuju Surga sesuai dengan amal perbuatan mereka.[1]
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا
“Dan tidak ada seorang pun dari kalian melainkan akan mendatangi Neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah satu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam Neraka dalam keadaan berlutut.” [Maryam: 71-72]
‘Abdullah bin Mas’ud, Qatadah dan Zaid bin Aslam Radhiyallahu anhum menafsirkan ayat di atas bahwa yang dimaksud adalah melewati shirath. Sedangkan Sahabat Ibnu‘Abbas Radhiyallahu anhuma dan yang lainnya menafsirkannya dengan masuk Neraka lalu dikeluarkan kembali (diselamatkan) oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, berdasarkan ayat 72 tersebut. Dan pendapat yang kuat adalah yang menafsirkannya dengan melewati shirath. Wallaahu a’lam. [2]
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang orang-orang yang melewati shirath: “Yang pertama kali melewatinya secepat kedipan mata, secepat kilat, kemudian seperti angin, seperti burung terbang, seperti orang berlari, seperti orang berjalan, dan ada pula yang merangkak. Mereka dibawa oleh amal perbuatannya. Ketika itu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri di atas jembatan dan berdo’a: ‘Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.’ Pada kedua sisi jembatan itu ada kait-kait yang digantungkan, diperintahkan untuk mengait siapa yang telah diperintahkan kepadanya. Maka ada yang terkoyak tetapi selamat dan ada pula yang dicampakkan ke dalam Neraka.” [3]
Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu menjelaskan tentang sifat shirath bahwasanya shirath itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.[4]
Apabila mereka telah menyeberangi jembatan itu, mereka akan diberhentikan, lalu masing-masing mereka diberi balasan atas kezhaliman yang pernah mereka lakukan di dunia. Sehingga apabila mereka sudah dibersihkan dan disucikan, barulah mereka baru diizinkan untuk memasuki Surga.[5]
Orang yang pertama kali meminta dibukakan pintu Surga adalah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam [6]. Dan ummat yang pertama-tama memasuki Surga adalah ummat Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam.[7]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga 1427H/Juni 2006M]
_______
Footnote
[1]. At-Tanbiihatul Lathiifah (hal. 71-72) dan Syarah Lum’atil I’tiqaad (126).
[2]. Lihat Syarah Lum’atil I’tiqaad (hal. 126) dan Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah (hal. 415-416) tahqiq Syaikh al-Albani.
[3]. HR. Al-Bukhari (7439), Muslim dalam Kitaabul Iimaan bab 81 (no. 183), dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu. Lihat Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (II/160-162) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.
[4]. Disebutkan oleh Imam Muslim pada akhir hadits no. 183 (302).
[5]. HR. Al-Bukhari (no. 2440, 6535), Fat-hul Bari (XI/395), Ahmad (III/13, 63, 74), dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu.
[6]. HR. Muslim Kitabul Iman (no. 197(333)) dan Ahmad (III/136), dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu.
[7]. HR. Al-Bukhari (no. 876) dan Muslim (no. 855(20)), dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu.
Hadis shiroth yg demikian jelas shahih ini diingkari/ tidak diimani oleh MTA.. bahkan seringkali dilecehkan karena tidak masuk akal... Apa mungkin ada jembatan dari rambut dibelah 7?
BalasHapusIngkar hadist shiroth berarti menolak Rasulullah sebagai pembawa kabar, bisa2 syahadatnya Muhammad Rasulullah batal. Lalu siapa Nabi MTA?