Halaman

Jumat, 28 Oktober 2016

BAI'AT ... syari'at yang disalah tempatkan?

Bai’at-bai’at yang dilakukan oleh pengikut kelompok-kelompok itu telah memecah-belah kaum muslimin dan menjadikan mereka terkotak-kotak.

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

"Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka". [Ar Rum:32].

Sehingga standar pemberlakuan wala’ dan bara’ (kapan memberikan kasih-sayang dan kapan melakukan permusuhan) tergantung pada para pengikut jama’ah/kelompok. Padahal pada asalnya, kaum muslimin adalah umat yang satu, senasib sepenanggungan dan saling tolong menolong satu sama lain.

SAHABAT, dengarkanlah sejenak...

Diriwayatkan bahwa apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga, lalu mereka tidak menemukan sahabat mereka yang selalu bersama mereka di dunia.

Mereka bertanya kepada Allah Ta'ala tentang sahabat mereka, "Ya Rabb, kami tidak melihat sahabat-sahabat kami sewaktu di dunia (yang) shalat bersama kami, puasa bersama kami, dan berjuang bersama kami."

Maka Allah Ta'ala berfirman: "Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman walaupun hanya sebesar zarrah." (HR. Ibnul Mubarak dalam kitab "Az-Zuhd")

SALAF MENILAI SESEORANG DARI TEMANNYA

Musa bin Uqbah ash-Shuri datang ke Baghdad. Hal ini disampaikan kepada al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Kata beliau, “Perhatikan, kepada siapa dia singgah dan kepada siapa dia berlindung.” (al-Ibanah, 2/479-480 no. 511)

Al-Imam al-Auza’i rahimahullah mengatakan, “Siapa yang menyembunyikan bid’ahnya dari kita, tidak akan tersembunyi dari kita pertemanannya.” (al-Ibanah, 2/476, no. 498)

JANGAN BERDUSTA!

Firman Allah (yg artinya) : Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. (16: 116)

Kita sering mendengarkan ayat tersebut dipakai sebagai penguat bagi sekelompok orang yg hanya mengharamkan apa yg tertulis di al quran saja (yakni 4 macam makanan).

Kamis, 27 Oktober 2016

APA ALASANMU ( Ketika Allah menanyakannya kelak..)

Anas radhiyallahu ‘anhu pernah didatangi oleh seseorang dan berkata padanya:

“Wahai Abu Hamzah, aku menjumpai sebuah kaum yang mendustakan syafa’at dan azab kubur.” Maka beliau katakan: “Mereka adalah para pendusta, maka janganlah kamu bercampur-gaul bersama mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah (2 /448 ) dan sanadnya Ia ba’sa bihi)

AHLUS SUNNAH MENGIMANNI ADANYA ASH-SHIRATH

Ahlus Sunnah mengimani adanya ash-shiraath (اَلصِّرَاطُ). Ash-shiraath secara bahasa (etimologi) berarti jalan, sedangkan menurut syar’i (terminologi) adalah jembatan yang dibentangkan di atas Neraka Jahannam yang akan dilewati ummat manusia menuju Surga sesuai dengan amal perbuatan mereka.[1]

BENARKAH ANDA DI ATAS ILMU?

Seorang muslim adalah seseorang yang keyakinannya, ucapannya dan amalnya dibangun diatas ilmu.

Namun sayang bahwa perselisihan yang berujung perpecahan di kalangan umat islam ini tidak bisa dihindari yg antara lain penyebabnya adalah memahami dalil dg apa kata tokoh panutannya (pemahaman masing2 golongan) sehingga menggiring kepada fanatisme golongan/mazhab.

Lantas bagaimana memahami dan mengamalkan Al-Quran dan As-sunnah ini agar lurus dan menjauhi perpecahan?

INILAH FIKH SHAHABAT!

Ada sebagian dari umat ini yang membatasi makanan yg diharamkan Allah itu hanya 4 (empat) macam sebagaimana Firman Allah; 'Innamaa harrama 'alaikumu...dst' (sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian....dst), sehingga selain yang empat macam tersebut hukumnya kembali kepada hukum asal yaitu mubah/halal. Kalaupun datang pengharaman dari Rasulullah, maka bukanlah pengharaman yg berhukum haram, tetapi sekedar makruh. Logikanya, bagaimana mungkin Nabi yg diperintah untuk menggariskan suatu ketetapan dari Allah bhw yg diharamkan itu hanya empat, kemudian beliau sendiri menambah yg diluar dari keempat macam sebagaimana ayat dimaksud (QS.2: 173, 16: 115)?

Benarkah logika tersebut? LAA....... (TIDAK!!)

MAYORITAS ULAMA MENGHARAMKAN MAKAN DAGING ANJING (walaupun disembelih secara syar’i)

1. Anjing termasuk golongan As-Siba’ (hewan buas) yang memiliki taring untuk memangsa korbannya.  

Semua yang memiliki gigi taring dari hewan buas maka memakannya haram. [HR Muslim 1933]