Halaman

Senin, 10 Desember 2012

Syafa’at Bagi Pelaku Dosa Besar

Dari Ibnu Darah -bekas budak yang dimerdekakan oleh ‘Utsman bin ‘Affan- dia berkata: Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata, “Aku adalah orang yang paling mengetahui tentang syafa’at Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat.” Orang-orang pun berpaling kepada beliau. Mereka berkata, “Beritahukanlah kepada kami, semoga Allah merahmatimu.” Abu Hurairah berkata: Yaitu beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah setiap muslim yang beriman kepada-Mu dan tidak mempersekutukan-Mu dengan sesuatu apapun.” (HR. Ahmad, sanadnya dinilai hasan, lihat al-Ba’ts karya Ibnu Abi Dawud, hal. 49)


Faidah Hadits

Hadits yang agung ini menunjukkan kepada kita bahwa hakikat syafa’at adalah doa. Salah satunya adalah doa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah supaya mengampuni dosa-dosa setiap orang yang bertauhid. Dan yang dimaksud di sini adalah para pelaku dosa besar dari kalangan ahli tauhid. Mereka yang dihukum di neraka kemudian dimasukkan ke surga. Sebagaimana semakin jelas dengan hadits-hadits berikut.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Aku diberikan pilihan -oleh Allah- antara syafa’at atau setengah umatku dimasukkan ke dalam surga. Maka aku pun memilih syafa’at, karena ia lebih luas [manfaatnya] dan lebih mencukupi. Apakah menurut kalian ia diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan sempurna imannya? Tidak, akan tetapi ia diberikan kepada orang-orang yang berdosa, pemilik kesalahan-kesalahan, orang yang bergelimang dengan dosa.” (HR. Ibnu Majah, dinilai sahih sanadnya oleh al-Bushiri, lihat al-Ba’ts karya Ibnu Abi Dawud, hal. 46)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Suatu kaum yang masuk ke dalam neraka Jahannam kemudian mereka dikeluarkan darinya, maka mereka pun masuk ke dalam surga. Mereka dikenal di surga dengan sebutan khusus untuk mereka. Mereka disebut dengan al-Jahanamiyun.” (HR. Ibnu Abi ‘Ashim, dinilai sahih oleh al-Albani, lihat al-Ba’ts karya Ibnu Abi Dawud, hal. 51-52)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Terdapat riwayat-riwayat yang secara keseluruhan mencapai derajat mutawatir yang menetapkan kebenaran syafa’at di akhirat bagi para pelaku dosa diantara kaum beriman. Telah sepakat salaf dan kholaf serta para ulama sesudahnya dari kalangan Ahlus Sunnah atas hal itu. Akan tetapi Khawarij dan sebagian Mu’tazilah tidak mempercayai hal itu [syafa'at]. Mereka berpegang dengan madzhab mereka bahwa para pelaku dosa [besar] kekal di dalam neraka.” (lihat Syarh Muslim[2/311])

Dengan demikian, bisa kita simpulkan bahwa hadits-hadits di atas adalah hujjah/dalil yang sangat kuat untuk membantah pemahaman sekte Khawarij dan Mu’tazilah yang menolak keberadaan syafa’at bagi pelaku dosa besar di kalangan ahli tauhid. Sebagaimana sudah dimaklumi, bahwa Khawarij dan Mu’tazilah menyatakan pelaku dosa besar di akhirat kekal di neraka, walaupun mereka berbeda pandangan dalam hal hukum dunia. Khawarij mengkafirkan, sedangkan Mu’tazilah menyatakan ‘manzilah baina manzilatain’ (berada diantara dua kedudukan) alias tidak beriman tapi juga tidak kafir. Padahal, dalil al-Kitab, as-Sunnah dan Ijma’ telah menetapkan adanya syafa’at bagi pelaku dosa besar diantara ahli tauhid (lihat Ta’liq Risalah Qawa’id Arba’ oleh Syaikh ‘Ubaid al-Jabiri, hal. 13)

http://abu0mushlih.wordpress.com

3 komentar:

  1. Sebagian orang menganggap bahwa hadits-hadits tentang syafa'at ini bertabrakkan dengan al-quran. Hendaklah mereka berfikir bahwa yang lebih berhak menjelaskan al-quran adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, bukan akal-akal mereka! Lantas bagaimana menjelaskan ayat ini (bagi orang yang mengingkari syafa'at di akhirat); ... yang artinya, Pada hari itu tidak berguna syafa'at, kecuali (syafa'at) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya (Thaahaa 109)

    BalasHapus
    Balasan
    1. pd hr itu tdk ada syafaat.ini adalah utk orang kafir.MTA jangan ngotak atik al qur'an

      Hapus
  2. Jika dilihat lebih cermat/detail lagi sebenarnya ayat Al-Qur'an tentang penolakan syafaat dengan hadits2 Nabi sama sekali tidak bertentangan. Ayat Al-Quran yg menyebutkan seseorang yg masuk neraka kekal tidak bisa keluar & ayat2 penolakan syafaat itu berlaku untuk orang kafir (bukan orang mukmin).

    Allah berfirman: “Orang-orang yang dzalim tidak memiliki teman setia seorangpun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (QS. Ghafir/Al Mu’min: 18)
    Yang dimaksud dengan orang dzalim di sini adalah orang kafir.
    Imam Nawawi menukil perkataan Qadhi Iyadh: Padahal ayat-ayat ini berkaitan dengan ORANG KAFIR.(Shahih Muslim Syarh Imam Nawawi Kitab Al Iman Bab Itsbat Asy Syafaah wa Ikhraj Al Muwahhidin min An Naar III/35)

    Al-Baihaqi menjelaskan: “Orang-orang dzalim yang dimaksud di sini adalah ORANG-ORANG KAFIR. Dan hal ini dikuatkan oleh awal ayat yang menjelaskan tentang orang kafir.” (Syu’abul Iman 1/205)
    Berikut awal ayat tersebut:
    “Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan adzab Tuhanmu terhadap orang-orang KAFIR, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka.” (QS. Ghafir/Al Mu’min: 6)
    “Yang demikian itu adalah karena kamu KAFIR apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan.” (QS. Ghafir/Al Mu’min: 12)

    Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan: “Nabi kita Muhammad akan memberikan syafaat kepada para pelaku dosa besar yang telah masuk neraka agar mereka bisa keluar setelah mereka terbakar dan menjadi arang, kemudian masuk ke dalam surga. Dan para nabi, orang-orang yang beriman serta malaikat akan memberikan syafaat (dengan seizin Allah). Allah berfirman: “Dan mereka tidak akan sanggup memberikan syafaat melainkan untuk orang yang Allah ridhai, dan mereka selalu berhati-hati karena takut kepada Allah.” (QS. Al-Anbiya`: 28) Adapun ORANG-ORANG KAFIR, tidak akan bisa merasakan syafaat orang yang memberi syafaat.” (Syarah Lum’atil I’tiqad, hal. 128)

    Adapun hadits2 Nabi menyebutkan syafaat untuk orang2 mukmin yg berdosa (bukan kafir). Jelas sekali tidak ada yg bertentangan.

    Imam Bukhari berkata: “Abdullah Ibnu Umar menganggap mereka (Khawarij) sebagai seburuk-buruk makhluk Allah. Dan dikatakan bahwa mereka mendapati ayat-ayat yang diturunkan tentang ORANG-ORANG KAFIR, lalu mereka kenakan untuk orang-orang beriman.” (Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari XII/282)

    BalasHapus