Halaman

Rabu, 21 November 2018

Cara Berdalil Yang Benar

Berikut penulis tuliskan penjelasan Syaikh Ibrahim bin Amr Ar-Ruhaily mengenai cara berdalil yang benar, yang disampaikan dalam Tabligh Akbar, Istiqomah di Atas Sunnah, yang dilaksanakan pada Ahad 14 Januari 2018 di Masjid Agung Karanganyar. Tulisan ini merupakan transkrip dari penerjemahan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A.

Poin ini (berpegang teguh di atas sunnah dalam berdalil) merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan poin-poin setelahnya merupakan cabang dari poin yang pertama. Para ulama bersepakat bahwa 3 pokok dalil adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ Ulama.
Para ulama juga bersepakat bahwa ketiganya adalah prinsip dasar dalam beragama. Dan diantara para ulama yang bersepakat dalam hal tersebut adalah 4 Imam Ahlusunnah wal Jamaah. Yaitu Imam Abu Hanifah, Malik, Syafii, dan Ahmad bin Hambal.

Berdalil dengan Al-Quran yang sangat agung, yang diturunkan oleh Allah subhanahuwata’ala kepada nabi Muhammad. Kemudian berdalil dengan sunnah Nabi Muhammad shallahu alaihi wa salam yang suci. Kemudian berdalil dengan Ijma. Dan Ijma’ ini sumbernya dari Qur’an dan Sunnah. Sehingga setiap Ijma yang shohih berlandaskan dalil yang shohih.

Ketika kita berdalil dengan Qur’an, Sunnah, dan Ijma’ ada poin penting yang harus kita pahami. Bahwa saat kita berdalil, kita harus kembali kepada kembali pada pemahaman salafush sholih. Yang dimaksud dengan salafush sholih adalah para sahabat Nabi shallahu alaihi wa salam, tabiin, dan tabiut tabiin. Karena pemahaman orang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, bertingkat-tingkat.

Dan istiqomah serta hidayah dalam memahami dalil akan kita dapatkan manakala kita menggunakan pemahaman para salafush sholeh. Maka ketika kita membaca suatu ayat kemudian ingin berdalil dengan ayat tersebut maka carilah pemahaman para sahabat terhadap ayat tersebut. Begitu juga ketika kita berdalil dengan hadist Nabi shallahu alaihi wa salam. Carilah keterangan dari para sahabat, tabiin, dan tabiut tabiin terhadap hadist tersebut.

Kenapa demikian? karena manusia-manusia mulia tersebut jelas keilmuannya lebih dalam dibandingkan kita, kemudian mereka lebih paham bahasa arab, dan lebih bersih hatinya. Maka jika kita ingin selamat dari kekeliruan dalam berdalil dan memahami dalil maka ikutilah pemahaman salaf.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah beliau menjelaskan bahwa orang yang menyimpang atau terjatuh dalam kekeliruan pemicu atau sumbernya ada 2. Yaitu :

1. Dia berdalil dengan sesuatu yang bukan dalil 
2. Dia salah dalam memahami dalil.

Setiap penyimpangan sumbernya adalah salah satu dari dua hal tersebut. Maka jika kita ingin selamat dari penyimpangan dalam berdalil maka langkah yang pertama yang harus kita lakukan adalah berdalil dengan Qu’ran, Sunnah, dan Ijma’.

Kemudian agar kita selamat dari sumber penyimpangan yang kedua maka kita harus memahami dalil tersebut dengan pemahaman salafush sholih. Jika demikian Insya Allah kita akan diselamatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari penyimpangan dan kekeliruan tersebu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar