Bagaimanakah sikap kita sebagai seorang muslim bila
menerima dalil?
Dipikirkan dulu kah? Ditimbang dengan akal dulu? Atau bagaimana? Agar lebih
faham berikut penulis tuliskan
penjelasan Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi mengenai kewajiban pasrah
terhadap dalil. Materi ini beliau sampaikan dalam audio Kajian Kitab Syarah Akidah
Thahawiyah karya Imam Abu Ja’far At-Thahawi rahimahullahu
ta’ala
حَرَجًا artinya tidak
menerima, orang jawa bilang nggrundel,
ada rasa tidak pasrah terhadap apa yang diputuskan oleh Nabi. Keimanan
seseorang, dalam agama Islam ini akan tegar, akan kokoh bila ia memiliki sikap pasrah terhadap berita
berita yang datang dari Allah dan Rasulnya.
Syaikhul Islam, Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu
ta’ala dalam kitab Al Ushul Ats-Tsalatsah juga menjelaskan kewajiban membenarkan setiap yang
Nabi Muhammad shallahu alaihi wa salam kabarkan. Beliau mengatakan :
Imam
Abu Ja’far At-Thahawi rahimahullah
berkata :
ولاتثبت قد الاسلا م الا
علي ظهر التسليم والا ستسلا م
Kaki
islam tidak akan kokoh kecuali diatas
punggung pasrah dan taat.
(Terjemah
Syarah Akidah Thohawiyah hal. 112)
Maknanya seseorang tidak akan kokoh
didalam agamanya, yaitu agama Islam, kecuali apabila dia telah pasrah menerima,
orang jawa bilang nrimo dengan apa
yang telah Allah ta’ala beritakan dalam Al-Qur’an dan dengan apa yang
telah Rasulullah ﷺ beritakan dalam hadist-hadistnya yang
shohih. Oleh karena itu, tanamkan ke dalam diri kita, kepada keluarga kita
serta kepada kaum muslimin untuk memiliki sikap
pasrah terhadap dalil. Allah ta’ala berfirman
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ
فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Tuhanmu, mereka
(pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka mendapati dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya. (An-Nisa : 65)
Ustadz Sufyan bin
Fuad Baswedan dalam kajian risalah Ushul As-Sunnah juga menjelaskan tentang
kewajiban pasrah dan tunduk menerima dalil. Beliau menjelaskan :
Dalam risalah Ushul As-Sunnah Imam Ahmad berkata :
التمسك بما كان عليه اصحاب رسولالله, والا قتداء بهم, و ترك البدع
“Berpegang
teguh terhadap apa yang menjadi jalan hidupnya para sahabat Rasulullah shallahu
alaihi wa sallam. Dan mengikuti mereka. Dan meninggalkan bid’ah.”
Jadi pokok akidah
kita ini adalah mengikuti. Tidak usah mikir-mikir, pusing merumuskan. Sudah ada
dan sudah lengkap. Tidak perlu dirumus-rumuskan lagi. Tinggal diikuti saja. Itu
prinsip yang pertama.
Bidang akidah ini
bukanlah bidang untuk dipikir-pikirkan secara mendalam, kemudian dibuatkan
teori-teori baru. Tidak.. Berbeda dengan filsafat, filsafat itu merumuskan
dulu. Jadi ketuhanan itu konsepnya bagaimana dirumuskan dahulu,
dipikir-pikirkan oleh manusia yang cikal bakalnya dzolim, jahil, kafir ini.
Manusia yang dzolim dan kafir ini merumuskan Tuhan, lalu kira-kira jadinya
kayak apa ?
Akidah itu sudah
dijelaskan sejelas-jelasnya tinggal diikuti. Ndak capek, ndak repot, ndak
pusing. Kalau kita
ditanya, kenapa harus mengikuti saja ? apa ndak boleh menggunakan otak kita ?
Jawabannya boleh, tapi banyak hal dalam akidah yang diluar jangkauan akal kita.
Sehingga kalau kita paksakan akal kita untuk merumuskan, memahami, ndak mampu
dia. Bukan karena itu bertentangan, bukan. Tapi karena memang akal tidak diberi
kemampuan untuk bisa mencerna hal tersebut. Karena kebanyakan masalah-masalah
akidah itu ghaib. Contohnya Allah subhanahu wa taa’la. Allah itu ghaib,
tidak bisa dicapai dengan penglihatan. Tidak bisa tahu bentuknya seperti apa,
dan lain-lain. Panca indera kita yang tidak bisa, bukan karena Allah yang tidak
ada.
Sesuatu yang ghaib itu banyak. Sehingga
kalau kita paksakan akal kita harus bisa mencerna, akan bingung terus kita. Seperti
orang-orang filsafat kan selalu diliputi oleh kebingungan. Karena mereka
memaksakan. Seandainya mereka berserah diri, dan itulah makna Islam. Seperti
yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam kitabnya Ushul
Ats-Tsalatsah :
الا ستسلا م لله بالتوحد, والا نقيا د له با الطا عة, وا البرا ءة من الشرك
واهله
“ Berserah diri kepada
Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan pada segala perintah-Nya
serta berlepas diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.”
Seandainya mereka pasrah akan
enak, santai. Tetapi karena meraka paksa akal mereka, membebani akal dengan
sesuatu yang diluar kemampuannya, mereka akhirnya bingung, dan ujung-ujungya
karena tidak menemukan jawaban meraka atheis.
ومعني شهادة ان محدا رسول الله : طا عته فيما
امر, وتصديقه فيما اخبر, و اجتناب ما نهى عنه وزجر, وان لا يعبد الله الا بما شرع
Makna
syahadat bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul Allah adalah :
· Menaati perintah beliau
· Membenarkan berita yang beliau kabarkan
· Meninggalkan segala yang beliau larang
· Serta agar Allah tidak diibadahi melainkan dengan cara
yang telah Beliau syariatkan
Oleh : Abu Abdurrahman Nashruddin
Referensi :
Dauroh kitab Ushul As-Sunnah Imam Ahmad bin Hanbal oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan
Audio Kajian Kitab Syarah Akidah Thahawiyah oleh Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi
Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Oleh : Abu Abdurrahman Nashruddin
Referensi :
Dauroh kitab Ushul As-Sunnah Imam Ahmad bin Hanbal oleh Ustadz Dr. Sufyan Baswedan
Audio Kajian Kitab Syarah Akidah Thahawiyah oleh Ustadz Abu Ubaidah As Sidawi
Kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar