Halaman

Sabtu, 22 September 2012

Benarkah Tidak Ada Syafa'at?

Berdasarkan riwayat-riwayat yang jumlahnya mencapai derajat mutawatir, serta keterangan para ulama, maka setiap penghuni Neraka yang memiliki keimanan, meskipun hanya seberat biji sawi, ia tidak akan kekal di Neraka. Ia suatu saat pasti akan keluar dari Neraka dan masuk ke dalam Surga.
Baik dengan syafa'at para pemberi syafa'at –termasuk Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salalm – maupun langsung dengan rahmat Allah, tanpa melalui syafa'at seorangpun. Inilah keyakinan seluruh Ahlu Sunnah wal Jama'ah dari dulu hingga kapanpun. Hanya orang-orang Khawarij dan Mu'tazilah, serta orang-orang yang sefaham dengan mereka saja yang berkeyakinan beda. Yakni mengingkari keluarnya seorang mu'min dari Neraka setelah ia masuk ke dalam Neraka karena dosanya.


 “Syafa’atku akan diberikan kepada pelaku dosa besar dari ummatku.” [HR. Abu Dawud (no. 4739), at-Tirmidzi (no. 2435), Ibnu Hibban dalam Mawaa-riduzh Zham’aan (no. 2596), Shahiih Mawaaridihz Zham’aan (no. 2197), Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no. 832), Ahmad (III/213) dan al-Hakim (I/69), dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan at-Tirmidzi berkata bahwa hadits ini hasan shahih]

 Yusuf bin Mahram telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: "Saya mendengar Umar bin Khaththab berkata di atas mimbar: "Akan muncul di tengah-tengah kalian (ummat Islam) kaum yang mendustakan hukum rajam, Dajjal, terbitnya matahari dari barat (kiamat), azab kubur, syafa'at, juga mendustakan terhadap kelompok orang yang terbebas dari neraka setelah mereka terbakar (olehnya). Sekiranya aku menemukan mereka, tentu aku bunuh mereka sebagaimana kaum 'Aad dan Tsamud terbunuh (dibinasakan Allah)." (Imam ad-Dani dalam bab "al Fitan" (QXXXII/2), Imam Ahmad (I/23))

Yazid al-Faqir (si bungkuk, tabi’in ini dijuluki demikian karena tulang punggungnya cidera) menuturkan:

Dahulu aku sempat terseret dalam salah satu pendapat sekte Khawarij -yaitu berkeyakinan bahwa pelaku dosa besar kekal di neraka, dan orang yang sudah masuk neraka tidak bisa lagi keluar darinya-. Pada suatu ketika, kami bersama serombongan orang banyak berangkat menunaikan ibadah haji. Kemudian, kami pun keluar di hadapan orang-orang -sembari menyerukan pemikiran Khawarij dan menghasut orang-orang untuk mengikutinya-.

Ketika kami melewati Madinah, kami bertemu di sana dengan Jabir bin Abdullah -seorang sahabat Nabi- yang sedang menuturkan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada sekelompok orang sambil dia duduk bersandar kepada sebuah tiang. Ketika itu, dia menyebutkan hadits tentang al-Jahannamiyun (yaitu orang-orang yang dikeluarkan dari neraka lalu dimasukkan ke surga).

Aku pun (Yazid) berkata kepadanya,

“Wahai Sahabat Rasulullah, apa-apaan yang kalian ceritakan ini? Bukankah Allah telah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka maka Engkau benar-benar telah menghinakannya.” (QS. Ali Imran: 192). Allah juga menyatakan (yang artinya), “Setiap kali mereka -penduduk neraka- ingin keluar darinya maka mereka pun dikembalikan lagi ke dalamnya.” (QS. as-Sajdah: 20). Lalu apa-apaan yang kalian ucapkan tadi?”.

Jabir pun menjawab, “Apakah Engkau membaca al-Qur’an?”.

Kujawab, “Iya.”

Jabir berkata, “Apakah kamu pernah mendengar (di dalam al-Qur’an) mengenai maqam/kedudukan agung yang dimiliki oleh Muhammad ‘alaihis salam, yaitu yang beliau dibangkitkan oleh Allah di atasnya (maksudnya adalah syafa’at Nabi kepada umatnya kelak di akherat)?”.

Kujawab, “Iya.”

Jabir berkata, “Sesungguhnya hal itu -yang aku sampaikan- merupakan kedudukan terhormat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dengan sebab itu Allah berkenan mengeluarkan siapa saja yang ingin dikeluarkan-Nya -yaitu semua orang beriman-.”

Yazid berkata:

Kemudian Jabir menceritakan kejadian diletakkannya jembatan/shirath -di atas neraka- dan bagaimana keadaan orang-orang yang berjalan di atasnya, namun aku khawatir tidak hafal dengan baik rentetan ceritanya. Yang jelas, dia menceritakan bahwa ada suatu kaum yang keluar dari neraka yang sebelumnya mereka berada di dalamnya.

Dia -Jabir- berkisah, “Mereka itu keluar darinya dalam keadaan seperti pucuk-pucuk benih tanaman wijen -yang menghitam karena tersengat sinar matahari- (hal itu disebabkan tubuh mereka terbakar di dalam neraka, sebagaimana diceritakan dalam sebagian riwayat). Kemudian mereka masuk ke dalam sebuah sungai di antara sungai-sungai yang ada di surga dan mandi di dalamnya. Kemudian mereka pun keluar -dalam keadaan putih bersih- seperti lembaran-lembaran kertas.”

Setelah mendengar -hadits- itu, maka kami pun rujuk -dari pendapat kami-. Kami berkata, “Sungguh celaka kalian ini -maksudnya adalah diri mereka sendiri- apakah kalian mengira orang tua ini (yaitu Jabir bin Abdullah) berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam?”.

Setelah itu, kami pun kembali pulang -seusai menunaikan ibadah haji-. Demi Allah, tidak ada di antara kami yang tetap berkeras untuk keluar (memberontak sebagaimana Khawarij) kecuali hanya satu orang.

Demikianlah isi kisah itu, atau sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Nu’aim -seorang guru dari gurunya Imam Muslim yang meriwayatkan hadits ini-. (Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Muslim [2/323-324])

Tidak ada komentar:

Posting Komentar