Mereka yang menolak sunnah.......
Saudaraku seiman, sebetulnya orang yang menolak sunnah karena logika
dan dorongan hawa nafsu sudah ada sejak lama dan termasuk bahaya
pemikiran sesat yang banyak meracuni umat Islam zaman sekarang, adalah
penolakan terhadap Sunnah yang dimotori kelompok Zindiq yang berlindung
di bawah ketiak Mu’tazilah. Dengan sistematik mereka menjadi mesin
penghancur Islam, yang merupakan karakter musuh-musuh Allah. Ketika umat
Islam dalam kondisi kuat maka mereka memilih taktik permusuhan
menggunting dalam lipatan atau menjadi musuh dalam selimut.
Sebenarnya Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam telah mengabarkan,
bahwa aliran atau faham Inkar Sunnah akan tumbuh dan menggeliat di
tengah Ummat Islam, sebagaimana sabda Nabi:
”Ketahuilah sesungguhnya aku telah diberi al-Kitab dan sepadan
dengannya. Ketahuilah hampir-hampir ada seorang laki-laki makan kenyang
yang bersandar di atas dipannya lalu berkata “Berpeganglah kalian dengan
Al-Qur’an saja, bila kalian mendapati sesuatu yang halal di dalamnya
maka halalkanlah dan bila kalian mendapati sesuatu yang haram di
dalamnya maka haramkanlah”. Ketahuilah tidak halal bagimu daging keledai
piaraan dan setiap hewan bertaring dari binatang buas.”
(Shahih diriwayatkan Abu Daud dalam sunannya (4604), at Tirmidzi
(2663), Ibnu Majah dalam sunannya (12), Imam Bukhary dalam al-Adabul
Mufrad, (1228), at Thabrany dalam al-Mu’jabul Kabir (934) as-Syafi’i
dalam al-Um (7/15, Imam al-Baihaqy dalam as-Sunanul Kubra (7/76),
al-Marwazi dalam as-Sunnah (212), (354) dan (355) dan Ibnu Baththah
dalam al-Ibanah al-Kubra (62) serta Imam Ahmad dalam Musnadnya
disahihkan As Sa’aty dalam Fathurrabbani (11) 1/1910 serta disahihkan
Syaikh Al Bani dalam shahih Sunan Abu Daud (4604))
Prinsip dan cara beragama kelompok Inkar Sunnah sering menggulirkan
isu-isu kontradiktif antara Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahkan mereka
menganggap bahwa Sunnah sering menimbulkan pertentangan dan tidak
seirama dengan Al-Qur’an. Sehingga seorang muslim dalam beragama lebih
baik cukup mengambil Al-Qur’an saja tanpa As-Sunnah. Hal ini digambarkan
oleh Nabi:
“Hampir-hampir seorang laki-laki bersandar diatas dipannya
mengada-ada dalam haditsku lalu berkata: Kita hanya berpegang pada
Kitabullah, yang halal hanyalah yang kita temukan halal di dalamnya dan
yang haram hanyalah yang kita temukan haram di dalamnya. Ketahuilah apa
yang diharamkan Rasulullah sama seperti yang diharamkan Allah.”
(Shahih diriwayatkkan Imam Ahmad dalam musnadnya (4/130/132),
Ad-Darimi, (586), At-Tirmidzi (2664), al-Baihaqi (9/331) ia
menghasankan, Ibnu Majah (12) dan al-Hakim dalam Mustadraknya (371) dan
Marwazi dalam as-Sunnah (213) serta dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir
dan Syaikh Al-Bani.)
Ketetapan Sunnah tidak mungkin meleset dan prediksi Rasul pasti
terbukti. Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Mubarak dari Imran
bin Hushain, bahwa beliau pernah mendapati seseorang yang hanya mau
menerima Al-Qur’an saja, maka beliau berkata:
”Sesungguhnya engkau orang yang sangat pandir. Apakah kamu
menemukan di dalam al-Qur’an jumlahnya rakaat shalat dhuhur yang empat
rakaat dan cara membaca bacaan ketika Shalat dhuhur dengan suara lirih?
Dan pasti kamu tidak akan menemukan di dalam Kitabullah.”
Kemudian beliau menghitung seluruh jumlah rakaat shalat fardhu dan
tata caranya serta cara pelaksanaan zakat maka beliau berkata kepada
orang tersebut:
”Apakah kamu mendapatkan semua perkara di atas secara rinci di
dalam Kitabullah? Sungguh Kitabullah hanya menyebut secara global dan
Sunnah nabi yang menjelaskan secara tuntas.”
(Shahih diriwayatkan Abu Daud (1561), Thabrani dalam Al-Kabir (547),
Ibnu Baththah (65-66) dan Al Ajiry dalam Asy-Syareah (91) serta Lihat Al
Muwafaqaat, 4/21.)
AKAR HISTORIS PENOLAKAN TERHADAP SUNNAH
Setelah Zionis Yahudi mampu mengoyak kekuatan Islam, muncullah firqah
ekstrim yang sangat lantang menolak Sunnah untuk membuat kekacauan di
tengah umat. Sebenarnya gagasan tersebut terkesan sangat dipaksakan
tanpa dibarengi kaidah akurat dan argumentasi yang kuat. Bahkan hanya
sekedar mengikuti selera hawa nafsu dan rasa kebencian yang amat tinggi
terhadap Islam, yang dipelopori oleh firqah Khawarij, Rafidhah dan
Mu’tazilah. Merekalah bidan pertama yang melahirkan faham Inkar Sunnah
dan agen nomer satu yang memasarkan racun ganas gerakan Zindiq, karena
mereka tidak rela kalau Sunnah nabi tampil sebagai penafsir Al-Qur’an.
Sebab menurut anggapan mereka, Rasulullah tidak berhak untuk menjelaskan
Al-Qur’an.
(Lihat Al Asraniyuun Baina Mazaimit Tajdid wa Mayadinit Taghrib,
Muhammad An Nasr. hal. 215. dan Aliran dan Faham Sesat di Indonesia,
Hartono Ahmad Jaiz. hal. 32.)
Namun di antara firqah bid’ah yang paling lantang menolak Sunnah
secara total adalah Mu’tazilah. Tokoh-tokoh mereka dengan seenaknya
seperti Washil bin ‘Atha’ menghujat Shahabat, sementara Amr bin Ubaid
dengan mantap telah menyakini kefasikan para Shahabat. Bahkan
an-Nadzdzam menuduh mereka sebagai tokoh pendusta, munafik dan pandir
sehingga pernyataan tersebut secara otomatis memberikan penilaian
negatif, bahkan menggugurkan semua hadits yang diriwayatkan para
Shahabat. Sementara menurut Abu Hudzail hadits ahad tidak bisa menjadi
hujjah dalam beragama kecuali bila diriwayatkan dua puluh perawi yang
salah seorang di antara mereka telah dijamin masuk Surga. Bahkan
an-Nadzdzam tanpa merasa malu mengingkari Ijma’, Qias dan Hadist
Mutawatir sebagai hujjah.
MEREKA YANG MENOLAK SUNNAH ZAMAN SELARANG
Muhammad Abduh telah menghina Shahih al-Bukhari seluruhnya, beliau berkata:
“Jika kamu renungkan dengan seksama bahwa tidak termasuk rukun
Iman dan juga rukun Islam, seorang muslim harus mengimani semua hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari, apapun temanya. Bahkan tidak ada
seorangpun yang mensyaratkan sahnya keislaman seseorang atau untuk
mengetahui Islam secara rinci harus membaca Shahih Bukhari dan mengakui
semua hadits yang ada di dalamnya.”
(Lihat Adhwa’ Alas Sunnah Muhammadiyah, Mahmud Abu Rayah, hal. 305)
Apakah memang serendah itu derajat hadits-hadits yang ada dalam
shahih Bukhari, sehingga dengan seenaknya para pengikut ajaran
Mu’tazilah dan murid-muridnya dari kalangan pengusung pemikiran barat
melecehkannya? Tidaklah mereka persembahkan kepada Islam selain kecaman
dan hujatan terhadap Islam itu sendiri? Kalangan Reformis dan Rasionalis
Modern Pionir Inkar Sunnah menolak dan mengecam hadits ahad seperti
yang dilakukan oleh nenek moyang mereka, Mu’tazilah! Karena hadits ahad
hanya bisa memberikan justifikasi prediktif (zhann). Sementara dalil
yang prediktif tidak bisa dijadikan dalil dalam masalah aqidah.
Syeikh Muhammad Abduh menyatakan, “Adapun riwayat hadits bahwa setan
tidak bisa menyentuh Maryam dan Isa, hadits keislaman setan yang menjadi
Qarin Nabi, dan tersingkirnya setan dari hati beliau, semua itu
hanyalah hadits Dzanni, karena hanya hadits ahad. Sementara hal itu
termasuk masalah ghaib dan beriman kepada perkara ghaib termasuk aqidah,
maka hadits yang bersifat Dzanni tidak bisa dijadikan hujjah dalam
perkara aqidah. Karena Allah berfirman,
“Sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran.” (QS. An-Najm: 28).
Dan kita tidak dituntut untuk mengimani kandungan hadits-hadits tersebut dalam masalah aqidah kita.”
(Tafsir al-Manar, 3/392, Muhammad Rasyid Ridha, terbitan Darul Manar–1967 M Mesir)
Dengan demikian menjelaskan tentang keadaan mereka bukan sikap
su’udzon bahkan hal itu termasuk bagian nasehat kepada sesama kaum
muslimin agar mereka tidak terjebur dalam kesesatan dan penyimpangan
agama semoga kita semua mendapat hidayah di atas sunnah. (Ustadz Zaenal Abidin, Lc.)
sumber: media-ilmu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar