SEDIKIT
KRITIK DAN ULASAN UNTUK TULISAN SI FULAN TENTANG: PERBEDAAN
PEMAHAMAN MEKANISME MASUK SURGA DAN NERAKA
Dia menulis sebagai berikut :
Ahlussunnah 1 berdasarkan hadist2
berpendapat:
* Orang beriman tapi berdosa besar dihukum dulu di neraka untuk membersihkan dosanya, lalu dikeluarkan dari neraka & dimasukkan ke surga.
Ahlussunnah 2 berdasarkan ayat2 Allah bependapat:
*Orang beriman yang berdosa besar dan atau dosa kecil:
1. Ditimbang amalnya berdasarkan catatan amal dengan timbangan yg tepat (QS 21:47)
2. Kalau timbangan kebaikannya berat (lebih berat timbangan kebaikan dari timbangan kejelekannya) maka dia beruntung alias masuk surga:
"Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan." (QS 23: 102)
3. Kalau Timbangan kebaikannya ringan alias lebih berat keburukannya maka dia MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN MASUK NERAKA KEKAL DI DALAMNYA:
"Dan barangsiapa yang RINGAN timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka KEKAL di dalam neraka Jahanam."(QS 23: 103)
ARTINYA:
Manusia berdasar catatan amalnya setelah melalui proses PELIPAT GANDAAN PAHALA, PROSES PENGHAPUSAN DOSA (karena TAUBAT) & PROSES PENGHAPUSAN PAHALA (karena SYIRIK) lalu amal (pahala dan dosa) mereka ditimbang DITIMBANG dengan 2 kemungkinan, yakni:
1. Berat timbangan kebaikannya, maka dia termasuk orang yang BERTAKWA sehingga berhak masuk sorga
2. Berat timbangan keburukan, maka dia termasuk orang kafir/munafik, sehingga layak masuk neraka.
DENGAN MEKANISME INI AHLI SORGA TIDAK PERLU MASUK NERAKA DULU, MESKIPUN DULU KETIKA HIDUP PERNAH BERBUAT DOSA. MEREKA TIDAK PERLU MASUK NERAKA DULU KARENA TIDAK SESUAI DENGAN (QS 2: 80-81) DAN TIDAK SESUAI DENGAN QS 21: 101-102; 39: 61 DLL. MEREKA YANG MASUK NERAKA KEKAL DAN YANG MASUK SURGA JUGA KEKAL, SESUAI DENGAN PULUHAN AYAT DI DALAM AL QUR'AN. Resikonya hadist2 terkait dengan jahannamiyyuun pemahamannya disesuaikan dengan ayat Allah karena tidak mungkin Rasulullah saw menyelisihi firman-Nya.
PEMBAHASAN :
PERKATAAN SI
FULAN yang tertulis di atas adalah jelas jelas bersumber dari ilmu otak atik
AQAL dia sendiri. Sungguh aqal manusia bisa menyesatkan dirinya. Dia mencoba
memahami Al-Qur’an tanpa bimbingan HADITS. Alqur’an ini turun BUKAN kepada dia,
maka wajib kita menyerahkan pemahaman AlQur’an ini kepada Rasulullah sholallohu’alaihi
wassalam. Karena beliaulah yg diberikan penjelasan yg gamblang dan paling
memahami isinya, dan beliaulah yg menjelaskan maknanya kepada para sahabat.
Maka apabila ada manusia yg memahami alqur’an tidak sebagaimana yg dijelaskan beliau melalui hadits hadits yg shahih bahkan mutawatir maka dia telah tersesat dengan aqalnya sendiri.
Maka apabila ada manusia yg memahami alqur’an tidak sebagaimana yg dijelaskan beliau melalui hadits hadits yg shahih bahkan mutawatir maka dia telah tersesat dengan aqalnya sendiri.
1. ALQURAN
===> dijelaskan Rosululloh mlalui hadits2 dan atsar2 sahabat ===> Aqal manusia ====> manusia memahami.
Jika ada
manusia yg membuang /meninggalkan hadits dalam memahami alqur’an walau dia
beralasan hadits tidak cocok matannya dengan alqur’an atau tampak bertentangan
atau dia katakan syadz dan berbagai alasan alasan dari aqalnya semata MAKA yg
sebenarnya terjadi adalah :
2. ALQURAN
===> difahami AQALnya ===> Membuang / meninggalkan Hadits ====> manusia memahami
berdasarkan aqalnya.
Nah dari uraian di atas ada 2 kekuatan yg kita harus memilihnya:
Kekuatan penjelasan dari
Hadits yg shohih bahkan mutawatir dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam. ATAUKAH
Kemampuan Aqal yg dijelaskan melalui orang orang yg jauh di zaman setelah Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam dan para sahabat dan menyelisihinya, APALAGI jika yg berbicara BUKAN ahli agama, bukan ahli hadits, bukan mufasiriin, bukan fuqoha’ (dia bertitel banyak tapi ilmu keduniaan, bukan di bidang agama atau orang yg dianggap ustadz/ulama' tetapi menyimpang pemahamannya dari pemahaman alqur'an wassunnah).
Kemampuan Aqal yg dijelaskan melalui orang orang yg jauh di zaman setelah Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam dan para sahabat dan menyelisihinya, APALAGI jika yg berbicara BUKAN ahli agama, bukan ahli hadits, bukan mufasiriin, bukan fuqoha’ (dia bertitel banyak tapi ilmu keduniaan, bukan di bidang agama atau orang yg dianggap ustadz/ulama' tetapi menyimpang pemahamannya dari pemahaman alqur'an wassunnah).
Jika kita memilih yg ke 2
maka sungguh telah menukarkan petunjuk dari Rasulullah dengan kesesatan Aqal.
Kita telah memilih jalan pemikiran yg TIDAK dijamin surga oleh Allah Azza wa
Jalla. Sedangkan Allah berfirman agar kita tidak menyelisihi jalannya Rasul (baca
Q.S Annisaa’:115) dan justru kita harus mengikuti Rasulullah dan pemahaman para sahabat dari
kaum muhajirin dan anshor (baca Q.S Ali
Imran:31, Al Hasyr:7, Attaubah:100).
Maka tulisan
si fulan di atas jelas mengandung kontradiksi yang sangat banyak :
1. SYUBHAT PERTAMA
Semisal dia katakan :
Ahlussunnah
1 berdasarkan HADIST2 berpendapat: ”….”
Ahlussunnah
2 berdasarkan AYAT2 ALLAH bependapat: ”….”
ULASAN :
Ini
adalah perkataan yg menggiring agar orang yg membacanya seolah olah yg
Ahlussunnah 1 meninggalkan alqur’an yg
ahlussunnah 2 berdasarkan alqur’an agar supaya yg membacanya condong pada
pendapat yg ke2.
Padahal
yg terjadi adalah :
YANG dikatakan ahlussunnah 1 adalah MEMAHAMI ALQUR’AN DENGAN
MENGIKUTI BIMBINGAN RASULULLAH melalui hadits2 beliau dan penjelasan dari para
sahabat2 beliau. BUKAN dengan meninggalkan alqur’an, karena ayat yg dijelaskan
ini berkaitan dengan aqidah yg tentu tidak boleh menyelisihi Rasulullah dalam
perkara ini. Dan hadits2 yg berkaitan itu justru menjelaskan kepada kita agar
aqal kita memahami Ayat ayat Alqur’an tersebut. Karena tanpa hadits2 itu tentu
kita akan tersesat dalam memahaminya karena yg ada disamping Alqur’an adalah
aqalnya saja, sedangkan alqur’an tidak diturunkan padanya dari mana aqalnya
mampu menandingi penjelasan dari Rasululloh??
Kemudian dikatakan bahwa Ahlussunnah 2 berdasarkan AYAT2 ALLAH, lho bukankah keduanya berdasarkan ayat ayat yg dibahas itu, bedanya adalah yg dikatakan ahlussunnah 2 TANPA dengan dukungan penjelasan hadits. Itu saja. Nah inilah tipu daya syaithon dalam menyesatkan manusia sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh :
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
يُوشِكُ الرَّجُلُ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يُحَدَّثُ بِحَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِي فَيَقُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَلَالٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلَّا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
Kemudian dikatakan bahwa Ahlussunnah 2 berdasarkan AYAT2 ALLAH, lho bukankah keduanya berdasarkan ayat ayat yg dibahas itu, bedanya adalah yg dikatakan ahlussunnah 2 TANPA dengan dukungan penjelasan hadits. Itu saja. Nah inilah tipu daya syaithon dalam menyesatkan manusia sebagaimana telah disabdakan oleh Rosululloh :
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda.
يُوشِكُ الرَّجُلُ مُتَّكِئًا عَلَى أَرِيكَتِهِ يُحَدَّثُ بِحَدِيثٍ مِنْ حَدِيثِي فَيَقُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَلَالٍ اسْتَحْلَلْنَاهُ وَمَا وَجَدْنَا فِيهِ مِنْ حَرَامٍ حَرَّمْنَاهُ أَلَّا وَإِنَّ مَا حَرَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ
"Hampir ada seorang laki-laki
yang bersandar di atas tempat tidurnya yang dihiasi, disampaikan kepadanya
sebuah hadits dariku, lalu dia akan berkata: “Diantara kami dan kamu ada kitab
Allah. Apa yang kita dapati di dalamnya perkara yang halal, maka kita
menghalalkannya. Dan apa yang kita dapati di dalamnya perkara yang haram, maka
kita mengharamkannya!”
Ingatlah, sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti apa yang diharamkan oleh Allah". (HR Ibnu Majah, no. 12, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Ingatlah, sesungguhnya apa yang diharamkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti apa yang diharamkan oleh Allah". (HR Ibnu Majah, no. 12, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Nah adanya orang
orang seperti si fulan ini ternyata
sudah disabdakan oleh Rasulullah 1400 tahun silam (kurang lebihnya) dia telah
tersesat karena memahami Alqur’an tanpa bimbingan Rasululloh sholallohu’alaihi
wassalam.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
دَعُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
"Biarkan aku apa yang aku tinggalkan. Sesungguhnya orang-orang sebelum engkau binasa disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka. Jika aku melarangmu dari sesuatu, maka JAUHILAH ia, dan jika aku memerintahkanmu dengan sesuatu, maka LAKUKANLAH semampumu" (HR Bukhari, no. 7.288, dari Abu Hurairah).
دَعُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
"Biarkan aku apa yang aku tinggalkan. Sesungguhnya orang-orang sebelum engkau binasa disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka. Jika aku melarangmu dari sesuatu, maka JAUHILAH ia, dan jika aku memerintahkanmu dengan sesuatu, maka LAKUKANLAH semampumu" (HR Bukhari, no. 7.288, dari Abu Hurairah).
2. SYUBHAT
KEDUA
Dia katakan :
Kalau Timbangan kebaikannya ringan alias lebih berat
keburukannya maka dia MERUGIKAN DIRI SENDIRI DAN MASUK NERAKA KEKAL DI
DALAMNYA:
"Dan barangsiapa yang RINGAN timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka KEKAL di dalam neraka Jahanam."(QS 23: 103)
"Dan barangsiapa yang RINGAN timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka KEKAL di dalam neraka Jahanam."(QS 23: 103)
ULASAN :
Menurut terjemahan
depag :
103. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya[1],
maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal
di dalam neraka Jahannam. (Q.S Al
Mu'minuun)
|
[1]. Maksudnya: ORANG-ORANG
KAFIR, karena kepercayaan dan amal mereka tidak dihargai oleh Allah di hari
kiamat itu. Lihat surat Al Kahfi ayat 105.
|
105. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap
ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia[2],
maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. (Al Kahfi ayat 105.)
|
[2]. Maksudnya: TIDAK BERIMAN kepada pembangkitan di hari kiamat, hisab
dan pembalasan.
|
Allah berfirman:
“Barang siapa yang ringan timbangannya, mereka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.”
(al-Mu’minun: 103)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata, “ORANG-ORANG KAFIR adalah orang yang akan mendapatkan kerugian
(di akhirat). Mereka tidak mendapatkan manfaat sedikit pun dari keberadaan
mereka di dunia yang fana ini. Bahkan, mereka tidak akan mendapatkan apa pun
selain kerugian. Di akhirat, mereka akan rugi dengan harta-hartanya karena
mereka tidak bisa mengambil manfaat dengannya. Meskipun mereka memberikan harta
kepada orang lain untuk mendapatkan pahala, harta tersebut tidak akan
bermanfaat bagi mereka di akhirat.
Firman Allah :
“Tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya
melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak
beribadah melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan.” (at-Taubah: 54)
Mereka juga akan rugi dengan keluarganya karena mereka berada di neraka.
Penghuni neraka tidak akan mendapatkan kebahagiaan dengan sebab keluarganya.
Mereka justru terkunci di dalamnya. Mereka tidak akan melihat seorang pun yang
lebih dahsyat azabnya daripada dirinya.
Yang dimaksud dengan “lebih ringan dalam timbangan” adalah tatkala
amalan-amalan yang jelek itu lebih berat daripada amalan-amalan yang baik, atau
amalan yang baik sama sekali tidak ada.
Syubhat Mu’tazilah dan Khawarij :
Golongan sesat Mu’tazilah dan Khawarij dengan akalnya yang rusak dan logikanya
yang terbalik, membawa ayat ayat di atas untuk kaum MUSLIMIN juga. Mereka
menyamakan kaum muslimin dan kaum kafirin dari sisi KEKALNYA di neraka..wal’iyyadzubillah.
Maka dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa seluruh ayat ayat yg dijadikan
hujjah untuk mengekalkan MUSLIM yg masuk neraka adalah ayat ayat yg
diperuntukkan orang orang KAFIR.
3. SYUBHAT
KETIGA
DIA KATAKAN :
MEREKA YANG MASUK NERAKA KEKAL DAN YANG MASUK
SURGA JUGA KEKAL, SESUAI DENGAN PULUHAN AYAT DI DALAM AL QUR'AN.
(telah
terpatahkan dengan hujjah pada ulasan syubhat ke 2 bahwasanya PULUHAN AYAT yang
membahas masalah itu adalah untuk orang orang kafir dan musyrik)
Sebagaimana yang telah dijelaskan Allah Azza wa
Jalla dalam surat AlMaidah:72
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam”, padahal Al Masih
(sendiri) berkata: “Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
MENGHARAMKAN kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang
penolong pun.“[QS. Al-Maidah:72
Allah Subhana wa ta’ala. berfirman
menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani —yaitu
golongan Malakiyah, Ya’qubiyah, dan Nusturiyah— karena sebagian dari mereka
mengatakan bahwa Al Masih adalah tuhan.
Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang
setinggi-tingginya. Dalam keterangan sebelumnya telah disebutkan, mereka telah
diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang
mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, “Sesungguhnya
aku adalah hamba Allah!’ Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak
pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan:
“Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia
memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam:
30)
Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu
firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan
kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus.“(Maryam:
36)
Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah
diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar
mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu
bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:
“padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani
Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. ” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah.“(Al-Maidah: 72)
yaitu menyembah selain Allah bersama Dia.
“maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga,
dan tempatnya di neraka“[Al-Maidah 73]
Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka
dan mengharamkan surga atasnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh
Allah dalam firman lainnya, yaitu:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48)
Dan Allah Subhana wa ta’ala. telah berfirman:
Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga,
“Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah
kepada kalian.” Mereka (penghuni surga) menjawab,
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya
itu atas orang-orang kafir. “(Al-A’raf: 50)
Di dalam kitab Sahih disebutkan bahwa Nabi
Saw.pernah memerintahkan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan
khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya
kecuali jiwa yang muslim. Menurut lafaz yang lain disebutkan jiwa yang mukmin.
Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa,
tepatnya pada pembahasan firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik“ (An-Nisa:48)
Allah Subhana wa ta’ala. berfirman:
“Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga.“(Al-Maidah 72)
Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang
penolong pun, tiada yang membantunya.
Kemudian
juga dalam firmanNya ;” Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami (WA
KADDZABU BI AYATINA), mereka itu
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(Q.S AL-BAQARAH : 39)
Kemudian
juga dalam firmanNya :
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami (ALLADZIINA
KADZABU BI AYATINA) dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk
surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (Q.S AL A’RAF : 40)
|
MAKA
SEMAKIN JELAS DAN GAMBLANG BAHWA AYAT AYAT YG dipakai hujjah untuk mengekalkan
kaum muslimin yg masuk neraka adalah ayat ayat untuk orang kafir dan musyrik.
SEHINGGA Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak ada yg bertentangan, tetapi aqalnyalah
yang saling bertentangan dan mempertentangkannya karena tidak mampu memahaminya
dengan benar, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَ لاَ يُحِيْطُوْنَ بِهِ عِلْمًا
“Ilmu mereka (makhluk) tidak dapat meliputi Allah. ” (Thaha: 110)
وَ لاَ يُحِيْطُوْنَ بِهِ عِلْمًا
“Ilmu mereka (makhluk) tidak dapat meliputi Allah. ” (Thaha: 110)
Maka
Rasulullahlah yg diberikan penjelasan/’ilmu yg benar dalam perkara agama ini,
bagaimana mungkin haditsnya ditinggalkan dan lebih memilih aqalnya yg
memahaminya sendiri. Allahulmuwafiq.
4.
SYUBHAT KEEMPAT
Dia katakan :
Resikonya hadist2
terkait dengan jahannamiyyuun pemahamannya disesuaikan dengan ayat Allah karena
tidak mungkin Rasulullah saw menyelisihi firman-Nya.
ULASAN :
Perkataan
ini sungguh perkataan yg sangat baathil. Hawa nafsunyalah yg mengatakan ini
sehingga mencoba memisahkan Al-Qur’an dan Al Hadits kmudian menggantinya dengan
Al-Qur’an dan Al-Aql. Dia katakan “pemahamannya disesuaikan dengan ayat
Allah” padahal kenyataannya haditsnya dibuang, bagaimana mungkin haditsnya
dirubah utk disesuaikan dengan ayat Allah, karena hadits itulah penjelas dari
alqur’an agar aqal kita mampu menerimanya dengan benar, kalau dia buang
haditsnya maka aqalnyalah yg brbicara “pemahamannya disesuaikan dengan ayat
Allah”
Inilah tipu daya syaithon yg nyata, mari
tundukkan aqal dan diri kita secara total kepada Al-Qur’an diatas pemahaman
Rasulullah (al hadits) dan pula atsar sahabat , sbagaimana firman Allah dalam
surat attaubah : 100 “walladziina taba’uhum bi ihsan”, juga sabda Rasulullah
tentang aljama’ah :” Semua golongan tersebut
tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di
atasnya.” ((HR.At-Tirmidzi,
dan di-hasan-kan oleh Al-Albani dalam ShahihulJami' 5219)
Demikianlah semoga pemaparan ini
bisa difahami dengan baik, semoga Allah Azza wa Jalla membimbing kita selalu di
atas jalanNya yg lurus. Dijauhkan dari jalannya orang orang yg menyimpang.
Barokallohufiykum.
Wallahu a’lam bisshowab.
(alfaqir ilaalloh : Abu Mundzir Al-Ghifary, http://abumundziralghifary.blogspot.com)
tulisan ust abdurahman suparno ya
BalasHapusSi Fulan diatas menurut FB adalah DR. Suparno, doktornya MTA yang tekun belajar agama lewat buku2 terjemahan. Lumayan sih... gothak gathuk mathuk! Semoga Allah menunjukinya pada manhaj salaf!
BalasHapus